PALESTINA (Arrahmah.com) – Sudah lebih dari setengah abad rakyat Palestina terjajah dan terhinakan. Mereka diusir dari kampung halaman mereka oleh anjing-anjing Israel. Masjid-masjid mereka dirubuhkan. Anak-anak mereka dibunuhi satu demi satu hingga kinijumlahnya mencapai ribuan. Padahal hanya satu yang mereka harapkan, kemerdekaan sebagai Negara yang berdaulat.
Amerika dan Israel masih terus bergerilya untuk menghapus hak-hak bangsa Palestina,
termasuk hak untuk membentuk negara merdeka Palestina. Tetapi upaya ini mendapat perlawanan dan penentangan keras dari bangsa Palestina maupun masyarakat internasional.
Berkaitan dengan hal tersebut, Liga Arab mengeluarkan pernyataan menolak penetapan sementara bagi teritorial negara Palestina yang bakal dibentuk. Menjelang peringatan Hari Nakbah (Prahara Palestina), 63 tahun pendudukan Palestina, Liga Arab menegaskan pembentukan negara Palestina dengan ibukota A-Quds.
Liga Arab dalam pernyataannya, meminta masyarakat internasional mengakui negara Palestina sebagai langkah awal pembentukan negara merdeka Palestina. Sebaliknya, rezim Zionis Israel selalu berusaha mencegah terbentuknya negara Palestina merdeka.
Kalaupun Negara Palestina telah terbentuk, maka Israel tidak akan tinggal diam. Israel bersama sekutunya Amerika telah menempuh berbagai upaya untuk membuat negara merdeka Palestina yang akan terbentuk nanti tidak independen, tidak memiliki senjata dan militer serta tidak memiliki teritorial layaknya negara merdeka lainnya.
Beberapa waktu lalu, Hassan Khraisheh, anggota parlemen Palestina membongkar rencana konspirasi Amerika terhadap Palestina. Di dalam draf yang disusun Amerika terkait pembentukan negara Palestina telah dijelaskan berbagai upaya AS untuk tetap mengekang Palestina sebisa mungkin dengan berbagai macam hal.
Rencana-rencana dalam upaya pengekangan tersebut antara lain, Israel yang akan mengontrol zona udara negara Palestina. Palestina tidak berhak memiliki angkatan bersenjata, bahkan tidak boleh memiliki senjata. Palestina tidak berhak untuk berkoalisi dengan satu negarapun di Timur Tengah. Tidak hanya itu, kebijakan luar negeri Palestina juga harus di bawah kontrol Amerika dan rezim Zionis Israel.
Rencana culas yang disusun oleh Amerika dan Israel ini pada kenyataannya menafikan pembentukan negara merdeka Palestina dengan ibukota al-Quds. Tampak sekali ada ketakutan terhadap kebangkitan bangsa Palestina sehingga AS dan Israel berusaha membuat Palestina menjadi mandul.
Bagaimana mungkin sebuah negara yang tidak memiliki tentara, tidak punya kebijakan luar negeri yang independen, tidak memiliki teritorial dan tidak berdaulat? Hal itu tidak dapat dikatakan sebuah Negara. Kalau demikian apa bedanya dengan sekarang?
Awalnya masyarakat dunia begitu mengharapkan terpilihnya Obama menjadi presiden AS akan banyak merubah sikap AS dalam isu yang terkait dengan Palestina. Nyatanya, Obama hanyalah kloningan para pendahulunya, yang tidak lain adalah “para penanti Dajjal”.
Sebelumnya, pemerintah Obama telah menyatakan penolakannya soal pengakuan negara Palestina yang akan dibahas PBB pada September 2011. Bahkan pada kenyataannya pun keberadaan PBB sama sekali tak banyak berpengaruh terhadap masalah Palestina, karena memang baik PBB maupun Amerika adalah kacung Israel. (rasularasy/arrahmah.com)