WASHINGTON (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pada Senin (3/12/2018) mengaku telah menerima surat dari Presiden AS Donald Trump yang mencari bantuan Pakistan dalam proses perdamaian Afghanistan.
Selama pertemuan di Wahington hari ini (3/12), Khan mengatakan, “Dalam surat itu, Trump telah meminta Pakistan untuk memainkan perannya dalam perundingan perdamaian Afghanistan yang bertujuan untuk menjadi katalis dalam mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan.”
Juru bicara Departemen Luar Negeri Pakistan, Mohammad Faisal, kemudian mengeluarkan pernyataan resmi yang memberikan rincian lebih lanjut.
“Presiden AS Donald Trump, dalam suratnya yang ditujukan kepada Perdana Menteri Imran Khan, telah menyatakan bahwa prioritas regionalnya yang paling penting adalah mencapai penyelesaian negosiasi perang Afghanistan. Dalam hal ini, dia telah mencari dukungan dan fasilitasi Pakistan,” ujarnya, dikutip VOA.
Faisal mengatakan bahwa Presiden Trump dalam suratnya juga mengakui bahwa perang telah merugikan AS dan Pakistan. Pemimpin Amerika itu melanjutkan untuk menekankan bahwa kedua negara “harus mencari peluang untuk bekerja sama dan memperbarui kemitraan,” tambah sang juru bicara.
“Karena Pakistan selalu menganjurkan penyelesaian politik untuk mengakhiri perang di Afghanistan, keputusan AS kami sambut dengan baik. Pakistan menegaskan kembali komitmennya untuk memainkan peran fasilitasi dengan itikad baik. Perdamaian dan stabilitas di Afghanistan tetap menjadi tanggung jawab bersama,” pungkas Faisal.
Pakistan adalah salah satu di antara beberapa negara yang telah bertemu di Jenewa pada 27 November untuk membahas reformasi Afghanistan dan prospek perdamaian di kawasan itu. Selama konferensi dua hari tersebut, para pemimpin Afghanistan dan diplomat internasional duduk bersama untuk membahas strategi dan bantuan yang ditawarkan ke Afghanistan dalam rangka membantu menyelesaikan sejumlah masalah yang diciptakan oleh perang berkepanjangan, membuka jalan bagi penarikan pasukan asing.
Surat itu datang hanya beberapa hari setelah presiden AS meluncurkan kemarahan lain terhadap Pakistan, menuduhnya sebagai negara yang hanya “mengambil dari Amerika Serikat (AS) tanpa memberikan imbalan apa pun”.
Pada 19 November, Trump telah men-tweet, “…. Kami tidak lagi membayar Pakistan miliaran dolar karena mereka akan mengambil uang kami dan tidak melakukan apa pun untuk kami, Bin Laden menjadi contoh utama, Afghanistan menjadi negara lain. Mereka hanyalah salah satu dari banyak negara yang mengambil dari Amerika Serikat tanpa memberikan imbalan apa pun. Titik!”
….We no longer pay Pakistan the $Billions because they would take our money and do nothing for us, Bin Laden being a prime example, Afghanistan being another. They were just one of many countries that take from the United States without giving anything in return. That’s ENDING!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) November 19, 2018
Sementara Khan menanggapi dengan membeberkan catatan hubungan antara kedua negara yang telah menegang.
Record needs to be put straight on Mr Trump's tirade against Pakistan: 1. No Pakistani was involved in 9/11 but Pak decided to participate in US War on Terror. 2. Pakistan suffered 75,000 casualties in this war & over $123 bn was lost to economy. US "aid" was a miniscule $20 bn.
— Imran Khan (@ImranKhanPTI) November 19, 2018
Trump’s false assertions add insult to the injury Pak has suffered in US WoT in terms of lives lost & destabilised & economic costs. He needs to be informed abt historical facts. Pak has suffered enough fighting US's war. Now we will do what is best for our people & our interests
— Imran Khan (@ImranKhanPTI) November 19, 2018
Sebagaimana penguasa Muslim lainnya yang berkhianat terhadap rakyatnya serta menjilat tuannya, Khan mengatakan kepada para wartawan bahwa Pakistan telah menyesali setiap kesepakatan dan hubungan dengan AS, tetapi pemerintahnya telah dan akan terus berurusan dengan negara Paman Sam dengan ketentuan yang sama.
Perdana menteri meyakinkan Washington bahwa Pakistan akan memainkan peran apa pun yang mungkin untuk perdamaian di Afghanistan. (Althaf/arrahmah.com)’