BERLIN (Arrahmah.com) – Pangeran Arab Saudi Khalid bin Farhan Al-Saud menuding bahwa Raja Salman bin Abdulaziz telah memerintahkan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi dan Putra Mahkota Mohammad bin Salman yang melaksanakan perintah tersebut.
Khalid bin Farhan menuntut Raja Salman bin Abdulaziz untuk melepaskan tahta demi kepentingan saudaranya Pangeran Ahmed bin Abdulaziz setelah kasus hilangnya Khashoggi.
Pangeran Khalid yang kini tinggal di Jerman mengatakan kepada Raja Salman bahwa: “Garis keturunan Raja Salman tidak boleh dipaksakan sebagai raja keempat. Saudara-saudara Anda adalah raja, dan Anda adalah salah satunya. Bukanlah hal yang mutlak bahwa salah satu cucu Anda menjadi penguasa, dan kemudian sisa keturunan Anda memonopoli kekuasaan sesudahnya. Di antara bangsawan Saudi, ada pangeran yang sangat terlatih dan manusiawi, dengan tingkat pendidikan yang baik, dan mereka populer di luar bahkan di dalam keluarga yang berkuasa.”
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi DW Jerman, Pangeran bin Farhan menggambarkan Raja Salman sebagai penguasa agak tiran yang menggunakan kekerasan, karena ia tidak memiliki pengalaman politik.
“Tapi, sayangnya, dia adalah penguasa. Ketika dia menjadi raja, dia menerapkan metode yang serupa dengan yang dia gunakan ketika dia menjadi gubernur Provinsi Riyadh,” ujar bin Farhan yang kini tinggal di Jerman.
Menurut bin Farhan tokoh oposisi terkenal itu dihukum atas perintah langsung raja.
“Seandainya Khashoggi terbunuh, para pembunuh akan menerima otorisasi langsung dari kepala negara,” katanya sebagaimana dilansir MEMO pada Jumat (19/10/2018).
Namun, bin Farhan menambahkan, Raja Salman hanyalah sebuah fasad sekarang. “Perintah itu pasti telah dieksekusi oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman,” ujarnya.
Pangeran bin Farhan juga menyebut kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo ke Riyadh dan pertemuannya dengan Mohammed bin Salman yang dikenal sebagai Mohammad Bin Salman menjadi upaya untuk menjaga posisi Putra Mahkota. Pasalnya, Mohammad Bin Salman sangat penting bagi pemerintahan Donald Trump karena beberapa alasan, termasuk urusan keuangan dan militer. Poin utamanya adalah “Kesepakatan Abad Ini”.
Bin Farhan menggambarkan Mohammad Bin Salman sebagai kesempatan bagi pemerintahan AS saat ini karena dia dapat dengan mudah dikontrol dan dimanipulasi.
Pangeran bin Farhan meramalkan bahwa opini publik akan disesatkan dengan kambing hitam mengenai kasus Khashoggi.
“Akan dikembangkan kabar bahwa seseorang dalam intelijen Saudi mengambil keputusan untuk membunuh wartawan Saudi, dan mereka akan berpotensi menyalahkan konsul Saudi dan 15 Orang-orang Saudi yang tiba di Istanbul dan melakukan pembunuhan,” tuturnya.
“Dengan cara ini, mereka akan mengalihkan tuduhan langsung dari Muhammad bin Salman dan raja,” tambahnya.
Jurnalis Jamal Khashoggi menghilang setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. Sumber-sumber Turki telah mengungkapkan bahwa pembunuhan Khashoggi terjadi di kantor konsul jenderal Saudi Mohammed al-Otaibi dan dihadapannya. Pembunuhan itu diduga dilakukan dalam beberapa menit dari pintu masuk Khashoggi ke gedung konsulat.
New York Times mengatakanan bahwa bBdan intelijen AS, CIA, memiliki bukti yang menegaskan keterlibatan Mohammad Bin Salman dalam kematian Khashoggi.
(fath/arrahmah.com)