RIYADH (Arrahmah.com) – Saat Arab Saudi menghadapi menyengitnya skeptisisme internasional atas ceritanya tentang kematian jurnalis Jamal Khashoggi, seorang pejabat senior pemerintah menyuguhkan versi baru dari kematian yan terjadi di dalam konsulat Saudi di Istanbul, seperti dilansir Reuters pada Senin (21/10/2018).
Cerita terbaru, yang diungkapkan oleh seorang pejabat Saudi yang meminta anonimitas, termasuk rincian tentang bagaimana tim dari 15 warga Saudi dikirim untuk menghadapi Khashoggi pada 2 Oktober telah mengancam untuk membius dan menculiknya, dan kemudian mencekiknya hingga tewas saat Khashoggi menolak. Seorang anggota tim kemudian mengenakan pakaian Khashoggi untuk membuatnya seolah-olah meninggalkan konsulat.
Setelah menyangkal keterlibatan dalam hilangnya Khashoggi (59) selama dua minggu, Arab Saudi pada Sabtu pagi (20/10) mengatakan dia telah tewas dalam perkelahian di konsulat. Satu jam kemudian, seorang pejabat Saudi lainnya menghubungkan kematian itu dengan dicekik, yang ditegaskan kembali oleh pejabat senior.
Para pejabat Turki mencurigai jenazah Khashoggi, kolumnis Washington Post dan kritikus Pangeran Mahkota Mohammad bin Salman ini dimutilasi, tetapi pejabat Saudi mengatakan jenazahnya digulung di karpet dan diberikan kepada “kooperator lokal” untuk dibuang. Ketika ditanya tentang dugaan bahwa Khashoggi telah disiksa dan dipenggal kepalanya, dia mengatakan hasil awal penyelidikan tidak menunjukkan hal itu.
Pejabat Saudi itu menyampaikan apa yang dikatakannya adalah dokumen intelijen internal Saudi yang tampaknya menggambarkan sebuah inisiatif untuk membawa para pembangkang pulang ke Arab Saudi, termasuk yang secara spesifik melibatkan Khashoggi. Dia juga menunjukkan kesaksian dari mereka yang terlibat dalam tim 15 orang dan hasil awal penyelidikan internal. Dia tidak memberikan bukti untuk temuan investigasi dan bukti lainnya.
Narasi ini adalah pernyataan terbaru Saudi yang telah berubah beberapa kali. Pihak berwenang awalnya menolak laporan bahwa Khashoggi telah hilang di dalam konsulat sebagai laporan palsu dan mengatakan dia telah meninggalkan gedung itu segera setelah masuk. Ketika media melaporkan beberapa hari kemudian bahwa dia telah terbunuh di sana, mereka menyebut tuduhan itu “tidak berdasar.”
Saat ditanya oleh Reuters mengapa versi pemerintah dari kematian Khashoggi terus berubah, pejabat itu mengatakan pernyataan awal pemerintah didasarkan pada “informasi palsu yang dilaporkan secara internal pada saat itu.”
“Setelah menjadi jelas, laporan misi awal ini salah, maka pemerintah meluncurkan penyelidikan internal dan menahan diri untuk berkomentar lebih lanjut,” kata pejabat itu, menambahkan bahwa penyelidikan terus berlanjut.
Sumber-sumber Turki mengatakan pihak berwenang di Turki memiliki rekaman audio yang konon mendokumentasikan pembunuhan Khashoggi di dalam konsulat tetapi belum merilisnya.
Riyadh mengirim delegasi tingkat tinggi ke Istanbul pada Selasa pekan lalu dan memerintahkan penyelidikan internal.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Sabtu (20/10) dia tidak puas dengan penanganan Arab Saudi atas kematian Khashoggi dan mengatakan bahwa banyak pertanyaan yang tetap tidak terjawab. Jerman dan Perancis pada hari yang sama (20/10) menyebut penjelasan Arab Saudi tentang bagaimana Khashoggi meninggal tidak lengkap.
Menurut versi terbaru dari kematian ini, pemerintah ingin meyakinkan Khashoggi, yang pindah ke Washington setahun lalu karena takut akan pembalasan atas pandangannya, untuk kembali ke kerajaan sebagai bagian dari kampanye untuk mencegah para pembangkang Saudi direkrut oleh musuh-musuh negara itu, kata pejabat tersebut.
Untuk itu, kata pejabat itu, wakil kepala Presidensi Umum Intelijen, Ahmed al-Asiri, mengumpulkan 15 anggota tim dari intelijen dan pasukan keamanan untuk pergi ke Istanbul, bertemu Khashoggi di konsulat dan mencoba meyakinkan dia untuk kembali ke Arab Saudi.
“Ada perintah untuk menegosiasikan kembalinya para pembangkang secara damai; yang memberi mereka wewenang untuk bertindak tanpa kembali pada kepemimpinan,” kata pejabat itu.
“Asiri adalah orang yang membentuk tim dan meminta seorang karyawan yang bekerja dengan (penasihat kerajaan senior Saud) al-Qahtani dan yang tahu Jamal sejak mereka berdua bekerja di kedutaan di London,” katanya.
Pejabat itu mengatakan Qahtani, yang bekerja untuk putra mahkota, telah mundur dan mendelegasikan salah satu karyawannya melakukan negosiasi. (Althaf/arrahmah.com)