TEL AVIV (Arrahmah.com) – Perdana Menteri otoritas pendudukan “Israel”, Benjamin Netanyahu mengancam pada Ahad (14/10/2018) akan menimbulkan “pukulan yang sangat kuat” pada Hamas setelah kekerasan terbaru di sepanjang pagar perbatasan Jalur Gaza.
Pasukan Zionis “Israel” telah membunuh tujuh pengunjuk rasa di sepanjang pagar pada Jum’at (12/10) selama protes “Great March of Return”, protes mingguan yang dimulai pada bulan Maret.
Meskipun sebagian besar aksi protes berlangsung damai, tetapi beberapa pengunjuk rasa telah menggunakan balon dan layang-layang api yang terbang di atas wilayah “Israel” dan membakar lahan pertanian di wilayah yang diduduki.
“Kami sangat dekat dengan jenis tindakan lain yang akan mencakup pukulan yang sangat kuat. Jika Hamas cerdas, mereka akan menghentikan api dan kekerasan sekarang,” ujar Netanyahu dalam pertemuan kabinet mingguan seperti dilansir Al Jazeera.
“Israel” mengumumkan akan menangguhkan semua pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza setelah protes baru yang menyaksikan korban jiwa di kalangan warga Palestina di ujung senapan pasukan Zionis.
Pekan lalu “Israel” menyetujui pengiriman bahan bakar yang dibiayai Qatar memasuki Jalur Gaza untuk mengatasi kekurangan listrik.
Gaza telah menderita pemadaman listrik kronis, mereka bergantung pada pengiriman bahan bakar dari “Israel” untuk mengoperasikan pembangkit listriknya.
Sebuah kesepakatan yang ditengahi oleh PBB telah menyaksikan janji Qatar untuk membiayai pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza selama enam bulan dengan total biaya mencapai 60 juta USD.
Pada Sabtu (13/10), Menteri Pertahanan “Israel” mengatakan pengiriman bahan bakar hanya akan dilanjutkan “jika ada penghentian kekerasan, peluncuran balon api dan penggunaan ban yang terbakar” terhadap kota-kota di “Israel” di dekat Jalur Gaza.
Padahal selama aksi unjuk rasa berlangsung, demonstran Palestina telah menghadapi kekuatan berlebih yang diluncurkan pasukan Zionis, seperti tembakan gas air mata dan penggunaan peluru tajam oleh penembak jitu “Israel”.
Sedikitnya 205 warga Palestina telah gugur sejak protes dimulai pada 30 Maret. (haninmazaya/arrahmah.com)