ISTANBUL (Arrahmah.com) – Penulis Saudi tewas dan dimutilasi di konsulat Istanbul oleh pasukan pembunuh yang dikerahkan oleh pemimpin Saudi, ujar sebuah laporan.
Para pemimpin Saudi mengerahkan 15 pembunuh untuk menunggu penulis Jamal Khashoggi di dalam konsulat Riyadh di Istanbul, New York Yimes mengatakan dalam laporannya.
Di antara tim pembunuh tersebut adalah seorang ahli forensik yang membawa gergaji tulang untuk mencabik-cabik tubuh Khashoggi setelah membunuhnya, NY Times melaporkan pada Selasa (9/10/2018), mengutip pernyataan “pejabat senior” yang tidak ingin disebutkan namanya.
Pasukan menyelesaikan operasi dalam dua jam dan meninggalkan Turki menuju berbagai negara, lanjut laporan tersebut dengan mengklaim mengutip informasi dari “pejabat senior Turki”, seperti dilansir Al Jazeera pada Rabu (10/10).
“Ini seperti Pulp Fiction”, ujar pejabat senior AS mengacu pada film Hollywood pada tahun 1994 yang disutradarai oleh Quentin Tarantino.
Tuduhan terhadap Saudi menekan Amerika Serikat dan sekutu lainnya untuk menuntut penyelidikan yang transparan, dengan kemungkinan dampak serius terhadap hubungan bilateral jika hal itu tidak membuahkan hasil.
Para pejabat Saudi membantah keterlibatan apa paun dalam penghilangan paksa dan dugaan pembunuhan Khashoggi, mengatakan dia meninggalkan konsulat pada 2 Oktober. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah meminta Riyadh untuk membuktikan kepergiannya dari gedung tersebut.
Pemerintah Turki belum memberikan bukti setelah serentetan tuduhan bahwa penulis Saudi tersebut tewas di dalam konsulat Saudi di Istanbul.
Daily Sabah, sebuah surat kabar Turki yang memiliki kedekatan dengan pemerintah, mempublikasikan foto pada Selasa (9/10) dari 15 orang yang diduga merupakan tim pembunuh Saudi yang dituduh bepergian ke Istanbul pada hari Khashoggi menghilang. Para tersangka dicari oleh pemerintah Turki untuk diinterogasi.
Sementara itu pada Selasa (9/10), Washington Post, di mana Khashoggi menulis kolom setelah melarikan diri dari Arab Saudi karena kekhawatiran atas komentar kritisnya, melaporkan intelijen AS mencegat komunikasi pejabat Saudi yang berencana menculik jurnalis terkemuka.
“Orang-orang Saudi ingin memancing Khashoggi kembali ke Arab Saudi dan menyerah di sana,” ujar laporan Washington Post.
Tidak jelas apakah Saudi bermaksud untuk menangkap dan menginterogasi Khashoggi atau membunuhnya, jika benar dia adalah target, ujar sumber kepada surat kabar tersebut.
Khashoggi memasuki konsulat pada 2 Oktober untuk menangani masalah dokumen, namun dia tidak pernah keluar dari sana, menurut keluarga dan teman-teman serta pihak berwenang Turki.
Khashoggi (59) telah memiliki karir yang panjang sebagai jurnalis senior di Arab Saudi dan juga sebagai penasihat bagi para pejabat tinggi. Dalam setahun terakhir, selama pengasingannya, ia menulis komentar kritis terhadap Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman.
Sejak munculnya Pangeran bin Salman sebagai pusat kekuasaan di kerajaan tahun lalu, Khashoggi telah bersikap kritis terhadap monarki.
Dia menyerang reformasi pangeran itu sebagai kehampaan, menuduhnya memperkenalkan era baru Saudi, “ketakutan, intimidasi, penangkapan dan mempermalukan publik”.
Robert Pearson, mantan duta besar AS untuk Turki, mengatakan bahwa kasus itu dapat mengubah hubungan antara AS dan Arab Saudi.
“Harus ada penjelasan transparan dengan sangat cepat, jika tidak, gelombang akan dengan cepat berbalik melawan mereka. Sekarang sudah seminggu dan tidak ada yang terbukti membuktikan tentang keamanannya [Khashoggi],” ujarnya kepada Al Jazeera. (haninmazaya/arrahmah.com)