DAMASKUS (Arrahmah.com) – Pemimpin rezim Nushairiyah Suriah, Bashar Asad, mengatakan bahwa kesepakatan yang diraih di kota Sochi Rusia, antara Turki dan Rusia, hanyalah sementara, dan bahwa tujuan rezim untuk menguasai seluruh Suriah masih tetap sama.
Berbicara pada pertemuan Komite Pusat Partai Baath, Asad mengklaim bahwa rezim Suriah akan menggagalkan semua rencana asing terhadap negara itu, lansir MEMO pada Senin (8/10/2018).
“Kesepakatan itu adalah tindakan sementara di mana negara telah merealisasikan lebih banyak prestasi di lapangan,” klaimnya seperti dikutip SANA.
“Posisi Suriah ini sangat jelas. Wilayah yang tersisa di bawah kendali ‘teroris’ akan kembali ke negara Suriah [rezim Asad].”
Asad menambahkan bahwa keberatan internasional terhadap ofensif di Suriah utara hanyalah “histeris” semata, dan rezim akan terlibat dalam pertempuran untuk “merehabilitasi” segmen masyarakat yang mendukung “kekacauan dan terorisme”.
Komentar senada sebelumnya diungkapkan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Mikhaile Bognadov pada Sabtu lalu, yang menyatakan perjanjian Idlib hanya sementara dan telah dirumuskan untuk mencapai tujuan memberantas “militan” yang tidak meletakkan senjata mereka.
“Para ‘teroris’ yang menolak meletakkan senjata mereka akan ditangkap atau dihabisi,” ujarnya.
“Rusia berusaha bekerja sama dengan rezim Suriah untuk mengendalikan provinsi [dalam jangka panjang].”
Para pengamat yakin bahwa rezim Asad dan Rusia berusaha untuk mendapatkan waktu dengan kesepakatan itu, dan merestrukturisasi kekuatan militer yang cukup untuk bertempur di Idlib dan daerah sekitarnya. (haninmazaya/arrahmah.com)