BERLIN (Arrahmah.com) – Ketika Marlon menyelesaikan sekolah menengah di Jerman, karir militer tampaknya jauh lebih menarik daripada bekerja di lini produksi mobil.
Jadi, beberapa bulan sebelum dia berusia 18 tahun, dia bergabung dengan tentara Jerman, menjadi salah satu dari lebih dari 10.000 anak di bawah umur yang mendaftar sejak wajib militer berakhir pada 2011 lalu, lansir Daily Sabah pada Jum’at (24/8/2018).
“Saya ingin mengalami sesuatu dan mengetahui batas saya sendiri, untuk melihat seberapa jauh saya bisa pergi,” ujar Marlon kepada Reuters di sebuah pangkalan di Viereck, dekat perbatasan Polandia di timur laut Jerman.
Pada 2017, Jerman mengatakan akan meningkatkan jumlah angkatan bersenjatanya menjadi 198.000 tentara aktif pada 2024 dari 179.000 orang.
Tekanan pada Berlin untuk memperkuat militernya meningkat lagi di bulan Juli ketika Presiden AS Donald Trump mengatakan pada pertemuan puncak NATO bahwa Washington bisa menarik dukungan untuk aliansi jika Eropa tidak meningkatkan belanja militer.
Untuk membantu menarik anggota baru, militer telah menargetkan remaja dengan kampanye video online, menarik kritik dari beberapa politisi sayap kiri dan pendukung kesejahteraan anak di Jerman, di mana tentara tetap menjadi pilihan karir sensitif lebih dari 70 tahun setelah Perang Dunia II. Tetapi kampanye membuahkan hasil.
Pada 2017, 2.128 orang di bawah usia 18 tahun bergabung dengan tentara Jerman, naik 11,4% dari 2016, menurut data pemerintah.
Secara keseluruhan, militer menghabiskan sekitar 35 juta Euro pada perekrutan tahun lalu, lebih dari dua kali lipat pengeluaran pada tahun 2011, tahun wajib militer berakhir. (haninmazaya/arrahmah.com)