LOMBOK (Arrahmah.com) – Gempa yang melanda Lombok dan sekitarnya menyita perhatian rakyat Indonesia. Berbagai lembaga dan organisasi kemasyarakat berbondong-bondong mengirimkan bantuan dan relawan ke lokasi bencana dan pengungsian. Mereka memberikan bantuan dan juga pendampingan terhadap para pengungsi korban gempa.
Seperti yang dilakukan relawan Muhammadiyah yang saat ini yang berada di lokasi bencana. Mereka menginisiasi Sekolah Darurat Tanggap Bencana di beberapa tempat. Sekolah darurat tersebut di antaranya didirikan di Desa Lendang Luar Sembalun, Dusun Mlepah dan Dusun Sajang Lombok Utara.
Sedangkan di Lombok Timur di Dusun Mlepah Sari Kecamatan Kayangan, Dusun Lading-lading Kecamatan Tanjung, dan Dusun Lekok Desa Gondang Kecamatan Gangga.
Staff Tanggap Darurat dan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (TDRR) MDMC-LazisMu Harits Dwi Wiratma menyebutkan, fasilitator dalam Sekolah Darurat Tanggap Bencana adalah Tim Relawan MDMC DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Sekolah ini juga sebagai kegiatan trauma healing untuk menumbuhkan kembali kepercayaan diri dan memperbaiki suasana hati anak-anak pascabencana,” ungkapnya, lansir Sang Pencerah, Jumat (17/3/2018).
Tujuan didirikannya Sekolah Darurat Tangap Bencana ini, lanjut Harist, tidak lain untuk memberikan fasilitas pendidikan pada saat waktu luang anak-anak menunggu sekolahnya di rekonstruksi oleh pemerintah. Hal ini mengingat pasca gempa di Lombok sekolah-sekolah mengalami rusak parah dan kerusakan tersebut menyita kesempatan anak-anak melakukan aktivitas belajar.
Menurut Harits, perlu adanya kegiatan pemulihan kondisi psikososial anak-anak pasca bencana. Oleh karena itu, ujarnya, mendirikan Sekolah Darurat Tanggap Bencana merupakan salah satu solusi untuk mengubah mood anak sehingga dapat semangat lagi untuk belajar dan tidak kehilangan kesempatan mengenyam pendidikan.
Harits juga menambahkan, meskipun kegiatan Sekolah Darurat Tanggap Bencana berbeda dengan Sekolah Formal, namun desain Sekolah Darurat Tanggap Bencana tidak mengurangi esensi dari kegiatan sekolah formal pada umumnya.
“Anak-anak kita ajak untuk bermain sambil belajar, menggambar, dan melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga. Bahkan orangtua pun kami ajak untuk ikut mendampingi anak-anaknya,” tutur Harits.
Menurut data BNPB, hingga Rabu (15/8), tercatat 460 orang meninggal dunia, yaitu di Kabupaten Lombok Utara 396 orang, Lombok Barat 39 orang, Lombok Timur 12 orang, Kota Mataram 9 orang, Lombok Tengah 2 orang dan Kota Denpasar 2 orang.
Jumlah korban jiwa ini masih bisa bertambah mengingat Tim SAR gabungan masih melakukan pencarian korban tertimbun longsor.
Pengungsi masih memerlukan bantuan mengingat belum semua distribusi bantuan lancar dan merata. Selain itu, diperkirakan mereka masih cukup lama akan berada di pengungsian sambil menunggu perbaikan rumah.
(ameera/arrahmah.com)