KABUL (Arrahmah.com) – Mujahidin Taliban menyerbu pangkalan militer di distrik Ghormach di provinsi Faryab, menewaskan sekitar 17 tentara, menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Afghanistan, dan menangkap 40 tentara, menurut seorang anggota parlemen lokal yang dikutip oleh Channel News Asia, Selasa (14/8/2018).
Kepala dewan provinsi Faryab, Tahir Rehmani, mengatakan tentara di pangkalan itu meminta Kabul untuk memberikan dukungan udara, tetapi pihak berwenang “terlalu sibuk dengan Ghazni.”
Mujahidin Taliban memimpin serangan ke Ghazni, menewaskan sekitar 100 tentara keamanan Afghanistan (ASF) dan sekitar 20 warga sipil dalam tiga hari, Kementerian Pertahanan mengatakan Senin (13/8).
Pasukan Afghanistan, yang didukung AS dan NATO, mengatakan mereka merebut kembali kendali pusat provinsi yang berisi banyak jalan raya antara ibukota pemerintah Kabul dan kota terbesar kedua negara itu, Kandahar.
Kedua kota ini “secara efektif [berfungsi] sebagai gerbang antara ibukota dan kubu militan di selatan,” Channel News Asia melaporkan.
Pasukan Taliban belum merebut pusat distrik utama sejak kota Kunduz pada tahun 2016, dan para ahli percaya bahwa dorongan baru untuk melakukannya mungkin terkait dengan upaya kelompok ‘Islamis’ ini untuk memanfaatkan pembicaraan perdamaian yang diadakan dengan Amerika.
Menurut laporan militer AS pada 1 Mei, Taliban mengendalikan, mempengaruhi, atau bersaing untuk menguasai 43,7 persen dari negara tersebut.
Sementara itu, seorang jenderal Afghanistan, Laal Jan Zaheer, mengatakan bahwa 77.000 mujahidin Taliban berada di negara itu, sebuah gelombang yang jelas dalam kekuatan kelompok itu.
Dalam upaya mengakhiri konflik 17 tahun ini, AS telah melakukan banyak agresi di negara itu dengan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak militer AS mulai menerbitkan data serangan udara mereka pada tahun 2009. (Althaf/arrahmah.com)