JAKARTA (Arrahmah.com) – Koordinator ALASKA (Aliansi Lembaga Analisis Kebijakan dan Anggaran) Adri Zulpianto mengatakan, kebijakan yang dilakukan Jokowi saat ini lebih besar pasak daripada tiang. Sehingga, berbagai proyek infrastruktur yang menjadi primadona Jokowi terancam bakal mangkrak, apalagi setelah Jokowi mengevaluasi pembangunan infrastruktur yang menguras uang negara secara besar – besaran.
“Menguras uang negara karena bahan baku proyek infrastruktur dari import, sehingga akan mengakibatkan terkurasnya devisa negara akibat besarnya belanja negara terhadap bahan baku infrastruktur dan beban hutang negara. Sedangkan nilai ekspor tidak mampu mengantisipasi ancaman defisitnya devisa negara,” ujar Adri, sebagaimana dilansir Harian Terbit.
Adri mengungkapkan, kebijakan Jokowi yang akan mengevaluasi proyek infrastruktur ditengah ancaman defisit devisa negara yang terus mengalami trend negatif di semester pertama tahun 2018 akan mendorong Jokowi menghentikan import dalam negeri.
Kebijakan Jokowi yang mengevaluasi proyek infrastruktur juga akan memilah bahkan menghentikan beban import bahan baku pembangunan infrastruktur.
“Itu dilakukan karena kepanikan pemerintah atas ulahnya,” jelasnya.
Menurut Adri, pemberhentian terhadap import bahan baku pembangunan infrastruktur jelas akan mengancam pembangunan infrastruktur itu sendiri, karena sebagian besar bahan baku masih diimport dari luar negeri.
Akibatnya, lanjut Adri, pembangunan infrastruktur akan mangkrak, dan mundur dari target penyelesaian. Dengan mundurnya target penyelesaian pembangunan infrastruktur maka akan membebani biaya pengerjaan.
“Untuk menanggulangi biaya pengerjaan tersebut, mau tidak mau pemerintah akan memberhentikan pembangunan infrastruktur menunggu hingga dollar kembali stabil, atau menunggu sampai devisa negara mampu kembali meroket,” tandasnya.
Lebih lanjut Adri mengatakan, saat ini negara juga tidak cukup siap untuk melakukan ekspor guna menekan trend negatif devisa negara. Karena sedikitnya pangsa pasar dalam negeri yang mampu melakukan ekspor.
Akibatnya, imbuh Andri, saat ini banyak pengusaha yang sudah gulung tikar, karena ketidakstabilan ekonomi dunia. Jika ditambah dengan pembatasan import, maka industri yang membutuhkan bahan baku dari luar negeri pun akan membuat kondisi industri dalam negeri tambah nelangsa.
Kendati demikian, ujarnya, kebijakan penghentian import akan menguntungkan negara, karena dollar akan digiring masuk ke dalam negara Indonesia melalui eksport, tapi resikonya dalam negeri adalah melemahnya industri dalam negeri. Sehingga, infrastruktur kemudian terabaikan, dan pemerintah akan fokus untuk menarik dollar ke dalam negeri guna menutup semua kerugian yang timbul akibat pembatasan import.
“PLN misalnya, kerugian akan meroket karena Batu bara yang mengalami perubahan harga demi menggenjot ekspor,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)