LOMBOK (Arrahmah.com) – Sebanyak 18 warga Negara Malaysia terjebak ketika tengah mendaki Gunung Rinjani saat gempa berkekuatan 6,4 skala Richter melanda sejumlah wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Informasi ada 18 warga Malaysia di Gunung Rinjani. Sudah diketahui keberadaannya,” ujar Kapolres Lombok Timur AKBP Eka Fathur, Ahad (29/7/2018), sebagaimana dilansir Liputan6.
Dari 18 orang itu, lanjut Eka, sebanyak 6 orang mengalami luka cukup parah. Sedangkan 1 orang meninggal dunia.
“Data dan nama-namanya masih kita telusuri. Yang satu meninggal, saat ini kita terus koordinasi dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR),” imbuhnya.
Sebelumnya, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Nusa Tenggara Barat NTB), menutup sementara jalur pendakian Gunung Rinjani karena diduga terjadi longsor di atas pegunungan akibat gempa tersebut.
“Infomasi dari petugas ada terlihat debu dari arah Pelawangan, diduga akibat longsor di jalur pendakian Sangkareang,” kata Kepala BTNGR Sudiyono, ketika dihubungi di Mataram, Ahad (29/7), dilansir Antara.
Data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, 15 korban meninggal dunia, 11 diantaranya di Lombok Timur dan 4 orang Lombok Utara. Adapun warga Malaysia yang meninggal dunia diketahui bernama Isma (30).
Seperti diketahui, gempa bumi tektonik mengguncang Lombok, Bali dan Sumbawa pada Ahad (29/7/2018) dengan kekuatan 6,4 SR. Gempa yang terjadi sekitar pukul 05.47 WIB tersebut terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 24 km.
“Hingga saat ini (pukul 15.00) telah terjadi 133 kali gempa susulan dengan magnitudo terbesar 5,7 SR. Karenanya kami meminta masyarakat untuk tetap waspada namun tetap tenang dan jangan panik,” ungkap Dwikorita, Ahad (29/7).
Dwikorita juga meminta masyarakat untuk tidak mempercayai berita hoax yang menyebar pasca gempa. Hingga saat ini, kata dia, BMKG terus memantau perkembangan gempa dari Pusat Gempa Nasional (PGN) Jakarta.
“Guna mengantisipasi munculnya informasi simpang siur dan hoax, BMKG melalui akun Twitter @infoBMKG akan terus menginformasikan perkembangan gempa,” jelasnya.
(ameera/arrahmah.com)