JAKARTA (Arrahmah.com) – Hutan tropis Indonesia adalah rumah dan persembunyian terakhir bagi kekayaan hayati dunia yang unik. Keanekaragaman hayati yang terkandung di hutan Indonesia meliputi 12 persen species mamalia dunia, 7,3 persen species reptil dan amfibi, serta 17 persen species burung dari seluruh dunia. Diyakini masih banyak lagi spesies yang belum teridentifikasi dan masih menjadi misteri tersembunyi di dalamnya. Sebuah contoh nyata misalnya, data WWF menunjukkan antara tahun 1994-2007 saja ditemukan lebih dari 400 spesies baru dalam dunia sains di hutan Pulau Kalimantan.
Sayangnya kerusakan hutan di tanah air cukup memprihatinkan.
“Dari 120 juta hektar kawasan hutan, 50 persennya kini sudah berada dalam keadaan yang kritis, bahkan rusak. Laju kerusakan itu mencapai 600 ribu hektar setiap tahunnya,” kata Presidium Majelis Nasional KAHMI yang juga Wakil Ketua Komisi IV DPR-RI, Viva Yoga Mauladi dalam acara Diskusi Publik di KAHMI Center, Jakarta, Kamis (26/7/2018), lansir Teropong Senayan.
Via mengungkapkan, dengan kondisi kerusakan lahan seperti itu kementerian LHK pun tidak bisa memperbaiki semuanya.
“Pemerintah hanya bisa merehabilitasi 200 ribu hingga 300 ribu hektar setiap tahunnya. Itupun presentase keberhasilannya maksimal 80 persen saja,” ujar Anggota DPR RI dari Fraksi PAN itu.
Dia menilai, pengelolaan sumber daya alam yang secara teoritis dalam pengelolaannya dapat berkesinambungan dan membawa kesejahteraan rakyat justru tidak terealisasi.
“Pengelolaan Sumber Daya Alam dewasa ini justru tengah menghadapi sebuah anomali. Tiga dasawarsa lebih ini, pengelolaan sumber daya alam kini justru menghadirkan sebuah situasi yang paradoks,” pungkasnya.
Sementara itu, Dirjen Pengendalian Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK), Ruandha Agung Sugardiman, menyebut, luas hutan di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan iklim global.
Dari luas wilayah hutan di Indonesia yang sekitar 197 juta hektare, 40 hingga 43 juta hektar diantaranya merupakan hutan primer yang sangat membantu menjaga iklim global.
“Tantangan besar kita dari dunia Internasional adalah deforestrasi. Untuk menjaga dan meminimalisir dampak dari bencana iklim, kita harus menjaga hutan kita untuk bisa menjaga kualitas karbon,” katanya di KAHMI Center, Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Ruandha mengungkapkan, Kementerian LHK saat ini terus berupaya membuat peraturan dan menjalankan peraturan serta mengawasi realisasi peraturan demi menjaga kawasan hutan di Indonesia agar tetap bisa menjaga iklim global.
“Ini demi menjaga kawasan hutan di Indonesia agar tetap bisa menjaga iklim global,” ujarnya.
Diskusi publik yang digelar Majelis Nasional KAHMI ini juga menghadirkan narasumber pakar lingkungan hidup Elviriadi dan Ketua Bidang Pelestarian Sumber Daya Alam PB HMI Pahmuddin Colik.
Hadir pula, Sekjen MN KAHMI Manimbang Kahariady dan Ketua Bidang Amdal, LH dan Kehutanan MN KAHMI Lely Pelitasari Soebekty.
(ameera/arrahmah.com)