MAKASSAR (Arrahmah.com) – Jenazah almarhum Ustadz Muhammad Basri tiba di Bandara Hasanuddin Makassar Senin (9/7/2018) sekitar pukul 03.42 Wita.
Jenazah diterima oleh rombongan penjemput dari pihak keluarga yang berjumlah 20 orang setelah mengikuti prosedur pihak Lapas di Nusakambangan terkait proses penerimaan jenazah.
Selanjutnya, sekitar pukul 04.25 wita, jenazah meninggalkan cargo Bandara Hasanuddin menuju mesjid Tahfizhul Qur’an Sudiang Makassar.
Ustadz Muhammad Basri meninggal dunia di Lapas Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Pemilik pesantren Tanfizhul Quran itu meninggal dunia setelah mengalami sesak nafas pada Sabtu sore (7/7).
“Jam tiga hari Sabtu sore sesak nafas dan dibawa ke RSUD Cilacap. Sampai dengan magrib, tidak ada perubahan dan dibawa ke ICU. Koma, dimasukin ke ICU. Jam 8.30 malam meninggal,” ujar Koordinator Tim Pengacara Muslim, Achmad Michdan (9/7) sebagaimana dilansir Alinea
Keluhan sesak nafas yang dialami ustadz Basri sudah dirasakan sejak dirinya menjalani operasi atas pembengkakan di kaki. Menurut keterangan Achmad, pihak keluarga sempat berusaha menjenguk Ustadz Basri dalam momen lebaran lalu, namun tak mendapat izin dari pihak lapas.
Jenazah Basri dimakamkan di makam Pondok Pesantren Tanfizhul Quran pada Senin pagi(9/7) di daerah Pattalassang, Kabupaten Gowa. Pemakaman terhitung cepat karena pihak keluarga lebih memilih untuk tidak melakukan autopsi.
“Kalau persoalan autopsi, saya sudah infokan kepada keluarganya. Saya bicara ini sudah meninggal dan ini mau dikirim jenazahnya, perlu autopsi tidak. Karena kalau mau diautopsi kan pasti lama, ada pembedahan dan lain sebagainya. Kalau mau cepat dikubur, ya harus rela untuk dikubur tanpa diautopsi,” tutur Achmad.
Dia juga menegaskan, meninggalnya Basri murni karena sakit tanpa adanya tindak kekerasan selama ia menjalani masa tahanan. Meski tak melakukan autopsi pada jenazah, namun rekam medis yang didapat dari RSUD yang bekerja sama dengan pihak lapas menunjukkan hal tersebut.
Pengiriman jenazah ke Makassar pun menjadikan jenazah harus diformalin karena lamanya waktu pengiriman. Achmad menerangkan, segala biaya mulai dari operasi sampai perawatan sebelum Basri meninggal berasal dari bantuan Medical Education Reasearch Certificate (Mer-C).
Jenazah diantar didampingi oleh Farid Hhozali dan Miftahul Arif dari Jakarta.
(ameera/arrahmah.com)