KUALA LUMPUR (Arrahmah.com) – Perusahaan Malaysia yang memiliki proyek senilai 20 miliar dolar AS, East Coast Railway Link, mengatakan kepada kontraktor utama Cina untuk menangguhkan pengerjaan proyek tersebut. Penangguhan ini meningkatkan ketidakpastian tentang masa depan megaproyek One Belt and One Road (OBOR) yang digagas Cina.
Jika selesai, East Coast Rail Link sepanjang 688 km itu akan menghubungkan Laut Cina Selatan di pantai timur Semenanjung Malaysia dengan rute-rute pelayaran strategis di barat dan merupakan bagian utama dari peningkatan infrastruktur Cina di seluruh Asia dan di luar kawasan.
Penangguhan itu dilakukan saat Malaysia berusaha menegosiasikan ulang kesepakatan dengan Cina.
Sejak kemenangan yang mengejutkan pada pemlilu Malaysia bulan Mei, pemerintah Malaysia yang baru telah berjanji untuk memangkas utang nasional, membasmi korupsi dan meninjau proyek-proyek besar yang telah disepakati oleh pemerintahan sebelumnya yang dipimpin oleh Najib Razak.
Outlet berita keuangan The Edge yang pertama kali melaporkan penghentian proyek tersebut, merujuk pada surat yang dikirim dari Malaysia Rail Link (MRL) ke China Communications Construction Co (CCCC). Kepentingan nasional menjadi salah alasan ditangguhkannya proyek tersebut.
Seorang juru bicara MRL mengkonfirmasi surat perintah tersebut kepada Reuters, tetapi menolak berkomentar lebih lanjut.
CCCC mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menyesali penangguhan tersebut dan prihatin atas mata pencaharian lebih dari 2.250 staf lokal dan karyawan tidak langsung lainnya.
“Kami menghormati dan mematuhi hukum Malaysia. Dalam situasi ini, kami tidak punya pilihan selain mematuhi perintah penangguhan tersebut,” katanya, seraya menambahkan bahwa pihaknya berharap penangguhan ini dicabut secepat mungkin.
Menteri Keuangan Malaysia Lim Guan Eng mengatakan bahwa ia berencana untuk mengunjungi Cina segera untuk menegosiasikan kembali syarat-syarat kesepakatan.
(ameera/arrahmah.com)