DARAA (Arrahmah.com) – Sebuah rentetan serangan udara menghantam wilayah yang dikuasai pejuang Suriah di barat daya pada Kamis (28/6/2018), menewaskan sedikitnya 23 warga sipil termasuk 12 anak yang bersembunyi di tempat penampungan bawah tanah saat rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad melancarkan ofensif untuk merebut kembali wilayah yang sampai saat ini menjadi bagian dari negoisasi “gencatan senjata”.
“Gencatan senjata” runtuh dalam beberapa pekan terakhir, memicu gelombang pengungsian di sepanjang perbatasan Yordania. Kelompok bantuan telah mendesak Yordania untuk membiarkan warga Suriah melarikan diri dari kekerasan di dalam negeri, lansir Zaman Alwasl.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok pemantau yang berbasis di Inggris menggambarkan serangan udara yang terjadi pada Kamis (28/6) sebagai yang terburuk sejak rezim Asad memulai operasi militernya di Daraa pada 19 Juni.
Pasukan rezim berupaya mengusir pejuang yang menguasai daerah itu, dan menguasai perbatasan komersial yang terhubung dengan Yordania.
Pertahanan Sipil Suriah mengatakan bahwa lebih dari 150 serangan udara menargetkan12 kota dan desa di timur dan barat Daraa sejak subuh, menciptakan gelombang baru pengungsian.
Hingga Selasa (26/6), PBB memperkirakan hampir 50.000 orang bergerak dari Daraa, melarikan diri dari kekerasan, sebagian besar dari mereka menuju desa-desa dekat perbatasan Yordania.
Yordania mengatakan akan menutup perbatasannya dan mendesak BB untuk memberikan keamanan bagi warga Suriah di negara mereka sendiri. (haninmazaya/arrahmah.com)