JAKARTA (Arrahmah.com) – Sekretaris Jenderal Forum Keagamaan NU, Yahya Cholil Staquf, yang saat ini menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden membatalkan kuliah umum yang rencananya akan dilaksanakan di Israel pada 26 Juni mendatang.
Kabar pembatalan acara itu datang berupa klarifikasi tertulis dari Yahya Staquf yang ditujukkan kepada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Menurut keterangan Yaqut Cholil Qoumas, adik kandung Yahya staquf, klarifikasi yang ditulis itu memang merupakan tulisan kakaknya.
“Iya. Saya dengar hal itu sudah disampaikan kepada Bu Retno,” ujar Yaqut, Sabtu (9/6/2018), sebagaimana dilansir Kumparan.
Dalam klarifikasi yang dibuat Yahya Staquf itu menyebutkan bahwa dirinya sudah membatalkan acara yang digagas Israel Council on Foreign Relations. Meski demikian, dia akan tetap datang ke Israel dan bertemu dengan para tokoh lintas negara, termasuk akademisi di Universitas Hebrew.
“Rencana pidato saya di AJC forum sudah dibatalkan, tapi saya tetap dijadwalkan bertemu sejumlah tokoh dengan liputan media,” tulis Yahya
Berikut merupakan klarifikasi tertulis lengkap dari Yahya Staquf yang dikutip dari Kumparan:
Bu Menteri Yth.,
Mohon ijin untuk memberi penjelasan tentang ini:
1 . Sebagaimana panjenengan tahu, saya menerima undangan ini sudah lama, dan ini menyangkut kredibilitas semua upaya yang telah saya lakukan bertahun-tahun;Saya punya pesan untuk saya sampaikan seluas-luasnya secara global, dan ini platform yang akan memberi saya kesempatan untuk itu;
2 . Saya punya pemikiran tentang Yahudi yang ingin saya sampaikan sejujur-jujurnya tanpa eufimisme ataupun polesan diplomasi, dan ini satu-satunya kesempatan untuk melakukannya tanpa di-frame atau distigma sebagai “anti-semitis”;
3 . Rencana pidato saya di AJC forum sudah dibatalkan, tapi saya tetap dijadwalkan bertemu sejumlah tokoh dengan liputan media, antara lain: Dr. Ali Al Awar, pimpinan Badan Waqaf Masjid Al Aqsha; Mohammed Dajani Daoudi, ulama; para patriarch Katolik, Kristen Ortodoks Yunani dan Lutheran; H. E. Hazem Khairat, Duta Besar Mesir; kalangan intelektual di Universitas Hebrew; dan lain-lain;
4 . Saya akan disiplin menjaga posisi “deniable”; kalau tindakan saya merugikan kepentingan Negara atau sekedar tidak ada manfaatnya, dapat dilakukan tindakan apa pun yang diperlukan untuk mengingkari atau menegaskan terlepasnya tindakan saya ini dari Negara; kalau ada benefit, mari di-follow up agar menjadi keuntungan nyata.
Demikian, Bu Menteri. Mohon maaf bahwa saya telah membuat kesulitan.
(ameera/arrahmah.com)