BEIJING (Arrahmah.com) – Cendekiawan Muslim Uyghur Muhammad Salih Hajim telah meninggal di sebuah kamp indoktrinasi politik Cina, World Uyghur Congress (WUC) mengatakan, dikutip Anadolu pada Jumat (8/6/2018).
Pernyataan yang diungkapkan sehari sebelumnya (7/6) mencatat bahwa pada Desember 2017, Hajim (82) ditahan dan menjadi sasaran indoktrinasi politik dan propaganda.
Hajim telah menerjemahkan Al Qur’an dari bahasa Arab ke bahasa Uyghur, kata kelompok internasional Uyghur.
“Ia sangat mungkin mengalami penyiksaan dan perlakuan buruk selama dipenjara,” kata pernyataan tersebut.
“Kematian Hajim telah terjadi di tengah penumpasan besar-besaran oleh pihak berwenang Cina pada orang-orang Uyghur dan terutama pada hak mereka untuk kebebasan beragama.”
“Ratusan ribu (mungkin jutaan) dari Uyghur telah ditangkap di Turkistan Timur dan dikirim ke kamp-kamp ‘pendidikan ulang’ untuk mempraktekkan agama mereka ‘secara damai’,” tambahnya.
Pernyataan itu juga mengumumkan bahwa pemerintah Cina telah menolak untuk mempublikasikan kematian tersebut di kamp penahanan.
Banyak yang menyatakan bahwa Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang Cina – tempat bagi banyak kelompok etnis minoritas, termasuk orang-orang Turki Uyghur – sebagai Turkistan Timur.
Mereka percaya bahwa Uyghur termasuk di antara sejumlah suku Turki yang mendiami wilayah tersebut, dan menganggapnya sebagai bagian dari Asia Tengah, bukan Cina.
Uyghur, sebuah kelompok Turki yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang, telah menjadi objek kebijakan represif Cina melalui pembatasan ketat aktivitas keagamaan, komersial dan budaya mereka. (Althaf/arrahmah.com)