AMSTERDAM (Arrahmah.com) – Agama telah menjadi prioritas bagi komunitas Muslim Belanda selama 10 tahun terakhir, sebagian karena meningkatnya ketegangan antara kelompok populasi dan perasaan semakin tersisih, kata think-tank sosio-budaya pemerintah SCP dalam laporan barunya, seperti dilansir Dutch News pada Jumat (8/6/2018).
Laporan ini didasarkan pada informasi dari 2015 dan berfokus pada warga negara Belanda dengan akar Maroko dan Turki. Di antara mereka, 94 % dan 86 % menggambarkan diri mereka sebagai Muslim.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang menggambarkan diri mereka sebagai Muslim enggan meninggalkan shalat dibandingkan 10 tahun yang lalu. Sekitar 78 % Muslim Maroko menunaikan shalat fardlu lima kali sehari, seperti halnya 33% Muslim Turki.
Selain itu, Muslim asal Turki lebih mungkin untuk menghadiri masjid (sekarang 40 % melakukannya) sementara wanita muda Maroko lebih cenderung memakai jilbab (naik dari 64 % menjadi 78 %).
Jumlah orang dalam masyarakat Maroko Belanda yang dapat digolongkan sebagai Muslim yang taat, baik para pengembara masjid atau orang yang mempraktekkan agama mereka secara pribadi, telah meningkat dari 77% menjadi 84%.
“Pendapat negatif tentang Islam dan Muslim yang berasal dari lingkungan sosial Belanda menstimulasi penguatan ikatan di dalam kelompok Muslim dan menegaskan identitas Muslim mereka,” kata laporan itu. (Althaf/arrahmah.com)