SINAI (Arrahmah.com) – Sebuah kelompok hak asasi manusia mengatakan tentara Mesir telah menghancurkan ribuan rumah, toko dan lahan pertanian di Sinai utara sebagai bagian dari kampanye melawan ISIS.
Menggunakan citra satelit dan kesaksian penduduk setempat, Human Rights Watch (HRW) mengatakan dalam sebuah laporan pada Selasa (22/5/2018) bahwa banyak penduduk Sinai yang telah mengungsi karena sedikitnya 3.000 rumah dan bangunan komersial dihancurkan oleh militer Mesir, lansir Al Jazeera.
Tentara mengklaim melakukan kampanye di daerah itu menargetkan kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan ISIS.
HRW juga mengatakan militer Mesir menghancurkan beberapa rumah di Al-Arish, “sebagai pembalasan terhadap tersangka ‘terorisme’, pembangkang politik, dan keluarga mereka”.
Tapi kehancuran, banyak yang dilakukan diluar hukum, telah melampaui dua zona penyangga keamanan yang ditunjuk oleh pemerintah di kota Al-Arish dan Rafah.
Warga yang menjadi korban mengatakan kepada HRW bahwa tentara mulai menghancurkan rumah dan meratakan lahan pertanian di sekitar bandara Al-Arish, segera setelah presiden Abdel Fattah Al-Sisi mengumumkan zona penyangga bandara lima kilometer pada Januari 2018.
“Adik laki-laki saya menghubungi saya,” ujar seorang pria yang tinggal di luar Mesir yang rumah keluarganya di kota tersebut telah hancur.
“Dia mengatakan bahwa pasukan keamanan datang dan memaksa ibu, nenek dan adik laki-lakiku keluar dari rumah. Kemudian mereka membakar seluruh gedung.”
Sejak 2013, lebih dari 1.500 serangan militer terjadi di Sinai utara dan membunuh puluhan warga sipil serta ratusan anggota pasukan keamanan, menurut laporan Tahrir Institute for Middle East Policy.
Menggusur ribuan orang
Sementara rezim Mesir mempertahankan bahwa kampanyenya telah berhasil membasmi anggota kelompok bersenjata, Mohannad Sabry, ahli keamanan dan seorang penulis mengatakan.
“Satu-satunya keberhasilan yang pasti dari tentara Mesir selama empat tahun terakhir adalah menggusur hampir 80 ribu orang dari lebih 20 desa dan kota di Rafah.”
“Sebagian besar dari mereka benar-benar terlempar keluar dari rumah mereka, lahan pertanian dan sumber kehidupan mereka dihancurkan, dan dibiarkan terdampar tanpa bantuan apapun, mayoritas sekarang tinggal di gubuk plastik di pinggiran Al-Arish dan Bir El-Abd.”
Sarah Leah Whitson dari HRW mengatakan tindakan militer Mesir tidak masuk akal dan membantu memperburuk situasi kemanusiaan di Sinai utara.
“Mengubah rumah warga menjadi puing-puing adalah bagian dari rencana keamanan yang menghancurkan, yang telah membatasi makanan dan gerak,” ujarnya.
“Tentara Mesir mengklaim mereka melindungi orang-orang dari militan, tetapi itu tidak masuk akal untuk berpikir bahwa menghancurkan rumah dan menggusur penduduk seumur hidup akan membuat mereka lebih aman,” tambah Whitson.
Dalam sebuah pernyataan publik yang langka, Atef Ebied, kepala Direktorat Pertanian di Provinsi Sinai Utara pada 3 Mei lalu mengatakan bahwa semua lahan pertanian di Rafah dan Sheikh Zuwayed telah dihancurkan.
Dia juga mengatakan bahwa hanya 10 persen lahan pertanian di Al-Arish yang tersisa. (haninmazaya/arrahmah.com)