GAZA (Arrahmah.com) – “Israel” hantam basis Hamas dalam serangan udara yang dilancarkan pada Kamis (17/5/2018) sebagai balasan atas tembakan yang berasal dari Jalur Gaza, meski pun demonstrasi massa mematikan yang dilakukan selama beberapa minggu dan bentrokan di sepanjang perbatasan telah berakhir pada awal Ramadhan, sebagaimana dilansir AFP.
Puluhan ribu orang berpartisipasi dalam demonstrasi di sepanjang perbatasan Gaza-“Israel” sejak 30 Maret untuk menyerukan agar para pengungsi Palestina dapat kembali ke rumah mereka yang telah dirampas “Israel”.
Demonstrasi terbesar terjadi pada Senin (14/5), bertepatan dengan perpindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, di mana pasukan “Israel” membunuh setidaknya 60 demonstran Palestina.
Jumlah korban tewas yang sangat besar tersebut membuat dunia internasional mengecam “Israel” dan menyerukan agar dilakukan penyidikan independen.
“Israel” menolak panggilan tersebut dan mengatakan bahwa tindakannya diperlukan untuk menghentikan penyusupan massal dari daerah Palestina yang dikendalikan oleh gerakan Islam Hamas.
Pada Rabu (16/5), para pejabat “Israel” mendengar pernyataan dari salah seorang anggota senior Hamas yang mengatakan bahwa 50 dari 62 orang yang tewas pada minggu ini adalah anggota kelompok tersebut, sehingga hal itu menjadi alasan bagi mereka untuk menunjukkan bahwa demonstrasi itu bukan aksi damai.
Namun pejabat Hamas, Salah Bardawil, tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang apakah para korban tersebut anggota sayap bersenjata atau kelompok politik, atau apakah yang mereka lakukan saat mereka terbunuh.
Pejabat Hamas lainnya tidak mengkonfirmasi jumlah tersebut, namun mengatakan mereka yang berpartisipasi berdemonstrasi dengan damai.
Demonstrasi semakin mereda setelah mereka gagal untuk menerobos pagar pada Senin (14/5), dan memasuki bulan suci Ramadhan yang jatuh pada hari Kamis (17/5) membuat jumlah demonstran semakin berkurang.
Demonstrasi awalnya direncanakan akan berakhir pada 15 Mei, namun para pejabat Hamas mengatakan bahwa mereka akan melanjutkan aksi tersebut.
Sekitar 116 orang telah gugur sejak demonstrasi tersebut dimulai, dan seorang tentara “Israel” dilaporkan terluka.
Serangan yang dilancarkan “Israel” ke basis Hamas adalah balasan setelah sebuah tembakan yang berasal dari Gaza menargetkan tentaranya dan merusak rumah. Meski pun tidak ada korban luka akibat tembakan tersebut.
“Tentara ‘Israel’ menyerang basis Hamas di Jalur Gaza utara, termasuk infrastruktur dan fasilitas pembuat senjata,” ungkap militer “Israel” dalam sebuah pernyataan.
Sumber-sumber keamanan Palestina mengkonfirmasi bahwa target itu adalah basis milik Hamas, dan mengatakan bahwa tidak ada laporan cedera akibat serangan tersebut.
Hamas dalam sebuah pernyataan pada Kamis (17/5) mengisyaratkan pihaknya akan menggunakan senjata-senjatanya dalam menganggapi kekerasan yang dilakukan “Israel” pekan ini, tetapi banyak analis melihat kemungkinan itu tidak akan terealisasi untuk saat ini.
“Kami menekankan kepada musuh Zionis dan para pemimpinnya bahwa gerakan-gerakan perlawanan yang orang-orangnya berpartisipasi dalam aksi damai ini dengan segenap kesadaran dan kepedulian terhadap rakyat akan kami respon dengan segenap kekuatan yang kami miliki,” ungkap pernyataan tersebut.
Pertumpahan darah akan berhenti
Para menteri luar negeri Arab akan mengadakan pertemuan luar biasa pada Kamis (17/5) di Kairo untuk membahas kekerasan yang terjadi di perbatasan Gaza-“Israel”.
Pertemuan itu dilakukan setelah presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi pada Rabu (16/5) mengatakan Kairo sedang berkomunikasi dengan kedua belah pihak “sehingga pertumpahan darah ini akan berakhir”.
Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, mengatakan kepada Al Jazeera pada Rabu (16/5) bahwa Mesir “mendukung rakyat kami untuk memperjuangkan hak untuk kembali, dan menekankan keseriusan mereka untuk tidak membiarkan demonstrasi damai ini menjadi konfrontasi militer bersenjata”.
“Israel” berusaha untuk mengelak dari kritik internasional atas kekerasan yang mereka lakukan pada Senin (14/5) di perbatasan Gaza. Dengan dukungan dari AS, “Israel” salahkan Hamas atas tewasnya para korban.
Ada banyak negara yang menyerukan agar dilakukan penyelidikan independen terkait kekerasan yang dilakukan “Israel” tersebut, di antara negara yang mendukung seruan tersebut adalah Inggris, Jerman, Kanada, dan Swis.
Sekertariat Jenderal PBB Antonio Guterres dan Uni Eropa juga menyerukan agar diadakan penyelidikan independen.
Sebuah pertikaian sengit mengenai kekerasan yang dilakukan “Israel” terhadap para demonstran Palestina juga terjadi antara Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu dan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan yang mendukung Palestina.
“Israel” telah menuduh Hamas berusaha untuk menggunakan demonstrasi tersebut sebagai pelindung untuk melakukan serangan terhadap “Israel”. Mereka mengklaim bahwa demonstran yang mendekati pagar perbatasan telah membawa alat peledak dan bom api.
Militer “Israel” juga mengklaim bahwa “tampaknya sekitar 24 orang” dari jumlah korban tewas adalah militan Hamas dan Jihadis Islam.
Adapun pejabat Palestina dan kelompok-kelompok HAM mengatakan bahwa para demonstran tetap ditembak meski pun mereka tidak memberikan ancaman apa pun bagi tentara “Israel” yang berjaga di perbatasan.
Hamas menyangkal klaim “Israel” bahwa mereka mengatur demonstrasi itu. Hamas mengatakan bahwa mereka mendukung para demonstran, namun para demonstran terorganisir secara independen. (Rafa/arrahmah.com)