SANA’A (Arrahmah.com) – Musim hujan di Yaman kemungkinan akan memicu gelombang kolera lain, menempatkan jutaan orang berisiko di negara yang dilanda perang, yang masih belum pulih dari salah satu wabah terburuk di dunia dari penyakit mematikan itu, para ilmuwan memperingatkan pada Kamis (3/5/2018).
Para ahli juga menyerukan kampanye kesehatan masyarakat selama Ramadhan, yang dimulai pertengahan Mei.
Lebih dari 1 juta kasus yang diduga kolera telah dilaporkan di Yaman sejak tahun 2016, menewaskan lebih dari 2.000 orang.
“Kami menduga adanya lonjakan kasus selama musim hujan,” kata Anton Camacho, penulis utama studi tentang epidemi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Global Health.
“Jika sesuatu akan terjadi, itu akan terjadi sekarang sehingga semua orang harus sadar dan merespon dengan cepat. Risikonya tinggi,” katanya kepada Thomson Reuters Foundation.
Musim hujan berlangsung dari pertengahan April hingga akhir Agustus.
Jumlah harian kasus kolera meningkat 100 kali lipat dalam empat pekan pertama musim hujan tahun lalu, yang menyebabkan penyakit menyebar ke seluruh negeri, kata studi tersebut.
Para penulis menyarankan kontaminasi sumber air selama musim hujan dan mengubah tingkat zooplankton dan zat besi dalam air, yang membantu bakteri kolera bertahan hidup, mungkin telah berkontribusi terhadap ledakan kasus.
Mereka memperkirakan lebih dari setengah distrik Yaman – rumah bagi hampir 14 juta – beresiko tahun ini.
Kolera, yang disebarkan dengan mengkonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, adalah penyakit diare yang dapat membunuh dalam beberapa jam.
Epidemi Yaman telah diperparah oleh konflik bertahun-tahun yang telah merusak layanan kesehatan dan pasokan air, mencabut lebih dari 2 juta orang dan mendorong negara itu ke jurang kelaparan.
Penelitian, yang memetakan wabah dan menganalisis pola curah hujan, telah membantu para pejabat kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia untuk mengidentifikasi di mana mendistribusikan vaksinasi kolera.
Para ilmuwan mengatakan data mereka juga menunjukkan peningkatan dalam kasus setelah Ramadhan, ketika orang sering berkumpul untuk makan malam bersama yang besar dan juga makan lebih sering dari pedagang kaki lima.
“Kami tidak ingin orang berpikir Ramadhan membawa kolera – itu tidak terjadi,” kata Camacho.
Yaman, salah satu negara termiskin di dunia Arab, terlibat dalam perang proksi antara gerakan bersenjata Houthi, selaras dengan Iran, dan koalisi militer yang didukung AS yang dipimpin oleh Arab Saudi.
PBB mengatakan 22 juta dari 25 juta penduduk Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan, lansir MEMO. (fath/arrahmah.com)