BANGLADESH (Arrahmah.com) – Pengungsi Rohingya menuntut jaminan untuk kembali dengan selamat ke Myanmar selama kunjungan dilakukan oleh delegasi Dewan Keamanan PBB ke kamp-kamp pengungsi di distrik Cox’s Bazar di Bangladesh, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Delegasi dari 15 negara anggota PBB pada Ahad (29/4/2018) berbicara dengan perwakilan dari 700.000 orang yang melarikan diri dari “pembersihan etnis” di Myanmar dalam kunjungan yang bertujuan untuk meninjau situasi para pengungsi secara langsung.
Di Kutupalong, ratusan pengungsi melancarkan protes. Beberapa membawa plakat bertuliskan “Kami menginginkan keadilan”.
Perwakilan Rohingya memberi delegasi yang berkunjung tersebut sebuah piagam berisi tuntutan, yang di antara isinya meminta kehadiran keamanan internasional di negara bagian Rakhine, repatriasi di bawah pengawasan PBB dan pemulihan kewarganegaraan mereka di Myanmar, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita DPA.
Duta besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyansky, mengatakan kepada wartawan bahwa para diplomat tidak akan mengabaikan krisis ini, tetapi ia menambahkan bahwa menemukan solusi untuk masalah ini bukanlah sesuatu yang mudah.
“Sangat penting untuk datang dan melihat semua yang terjadi di sini di Bangladesh dan Myanmar. Tetapi tidak ada solusi ajaib, tidak ada tongkat sihir untuk menyelesaikan semua masalah ini,” katanya sebagaimana dilansir kantor berita Associated Press.
Charles Stratford dari Al-Jazeera, melaporkan dari Cox’s Bazar, ia mengatakan bahwa para pengungsi perempuan mengatakan kepada para delegasi tersebut tentang pemerkosaan dan kehilangan anggota keluarga sambil menangis.
Para delegasi tersebut juga diperlihatkan presentasi dari “foto-foto sangat nyata” yang merupakan bukti atas apa yang mereka katakan bahwa banyak pengungsi Rohingya yang telah tewas ketika mereka mencoba melarikan diri dari Myanmar.
“Acara hari ini telah membuka mata delegasi ini lebar-lebar,” kata Stratford.
Ratusan ribu pengungsi Rohingya mulai tiba di Bangladesh pada Agustus tahun lalu, setelah tentara Myanmar melancarkan kekerasan terhadap Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine.
Pasukan keamanan Myanmar dituduh memperkosa, membunuh, menyiksa dan membakar rumah-rumah Muslim Rohingya.
Doctors Without Borders (MSF) mengatakan bahwa pada bulan pertama setelah kekerasan tersebut pecah, sebanyak 6.700 Muslim Rohingya meninggal.
Pada Senin (30/4), para diplomat akan melanjutkan perjalanan ke Myanmar untuk bertemu dengan Dewan Negara Aung San Suu Kyi dan meninjau negara bagian Rakhine dengan helikopter. (Rafa/arrahmah.com)