GHAUTAH TIMUR (Arrahmah.com) – Rezim Bashar Asad dan sekutuya telah menewaskan 1.433 warga sipil sejak 19 Februari hingga 23 Maret dalam serangan udara di Ghautah Timur, pinggiran Damaskus, kata Pertahanan Sipil Suriah pada Selasa (27/3/2018).
Korban jiwa termasuk 291 anak-anak dan 223 wanita, menurut laporan kelompok pertahanan sipil White Helmets yang dirilis di akun media sosialnya.
Rezim itu melakukan serangan udara dengan dukungan dari Rusia dan Iran, kata laporan itu.
Selain itu, 3.607 warga sipil, termasuk 975 anak-anak dan 790 wanita, terluka dalam serangan-serangan ini.
Rezim dan sekutunya memulai serangan udara pada 19 Februari untuk merebut bagian dari pinggiran Damaskus yang dikendalikan oleh pasukan oposisi.
Sejak itu, 3.294 serangan udara dilakukan di Ghautah Timur oleh rezim Asad dan pesawat tempur Rusia, menurut laporan itu.
Laporan itu menambahkan bahwa tambahan 8.070 serangan tembakan artileri, 1.615 serangan roket, dan 1.213 serangan bom barel dilakukan di Ghautah Timur.
Pada periode yang sama, 10 serangan gas beracun melanda warga sipil di pinggiran Damaskus.
Evakuasi terus berlanjut
Lebih dari 18.000 orang – termasuk pejuang oposisi dan keluarga mereka – sejauh ini telah dievakuasi dari Ghouta Timur.
Evakuasi, yang dimulai Kamis lalu, datang sebagai bagian dari kesepakatan yang diperantarai Rusia antara rezim Suriah dan kelompok oposisi bersenjata.
Konvoi pertama dan kedua mengevakuasi orang-orang dari kota Harasta di distrik yang terkepung. Evakuasi juga termasuk kota Arbin, Zamalka, dan Ein Tarma di wilayah yang dikepung sementara kota Duma bukan bagian dari kesepakatan sejauh ini.
Pada akhir Februari, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengadopsi resolusi untuk gencatan senjata di Suriah, terutama di Ghautah Timur, untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Terlepas dari resolusi gencatan senjata, rezim dan sekutu-sekutunya awal bulan ini meluncurkan serangan darat utama, yang didukung oleh kekuatan udara Rusia, yang bertujuan merebut bagian-bagian yang dipegang oposisi di distrik itu.
Sejak 19 Februari, lebih dari 1.000 orang dilaporkan tewas dalam serangan oleh rezim dan sekutunya di Ghautah Timur.
Rumah bagi sekitar 400.000 penduduk sipil, distrik ini tetap dalam pengepungan rezim yang melumpuhkan selama lima tahun terakhir yang telah mencegah pengiriman pasokan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan. (fath/arrahmah.com)