GHAUTAH (Arrahmah.com) – Rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad dan milisi Syiah sekutunya melakukan eksekusi lapangan di Kafr Batna terhadap warga sipil setelah bombardir besar-besaran di daerah yang terkepung tersebut, ujar sumber kepada Zaman Alwasl pada Senin (26/3/2018).
Pasukan rezim merebut hampir 90 persen dari wilayah Ghautah Timur setelah 38 hari ofensif udara paling mematkan dalam perang yang memasuki tahun kedelapan, di mana lebih dari 1.700 orang terbunuh dan 105.000 lainnya dievakuasi.
Milisi pro-rezim di Ghautah telah membuat daftar pencarian orang termasuk nama-nama pemberi dan pekerja bantuan, mengirimkannya kepada pasukan rezim, mengklaim bahwa mereka adalah “sel-sel tidur” dan harus dihilangkan dari Ghautah.
Aktivis dan penduduk setempat yang menolak meninggalkan Ghautah Timur mengatakan pasukan rezim sedang melancarkan aksi balas dendam. Sekitar 150 orang ditangkap dalam berbagai penggerebekan dari Saqba dan Kafr Batna.
Rezim Asad telah menggunakan pengepungan dan bombardir sengit diikuti dengan “kesepakatan” evakuasi untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah.
Sebelumnya rezim membelah Ghautah menjadi tiga kantong terpisah sebelum mereka melakukan “kesepakatan” terpisah untuk masing-masing kantong. Namun dengan pembicaraan yang ditangguhkan, nasib penduduk Douma masih tidak pasti.
Sementara itu, faksi Jaisyul Islam membantah pada Senin (26/3) bahwa para pejuangnya siap untuk meletakkan senjata mereka dan meninggalkan Douma.
Kantor berita Rusia RIA mengklaim bahwa pejuang di Douma telah menyatakan kesediaan untuk berhenti bertempur dan meninggalkan Ghautah.
“[Ini] adalah kebohongan dan tidak benar sama sekali,” ujar Muhammad Alloush, kepala politik faksi Jaisyul Islam, seperti dilansir Reuters.
Evakuasi di Ghautah Timur mulai terjadi pada pekan lalu, di mana sekitar 7.000 orang meninggalkan kota Harasta menuju provinsi Idlib yang dikuasai oleh pejuang Suriah.
Rezim Nushairyah memberikan pilihan untuk pejuang dan penduduk laki-laki, apakah ingin meletakkan senjata dan mendaftar untuk wajib militer atau pergi bersama keluarga mereka ke wilayah yang dikuasai pejuang Suriah di tempat lain (provinsi Idlib). Puluhan ribu orang di Suriah telah memilih untuk pergi dengan keluarga mereka.
Kamp penahanan
Saat lebih dari 105.000 orang telah dievakuasi dari Ghautah Timur, para aktivis mengatakan para pengungsi mengalami kondisi kemanusiaan yang keras di kamp-kamp penahanan massal.
Ribuan orang dipindahkan ke daerah Adra di timur laut ibu kota Damaskus, di mana rezim menempatkan mereka di fasilitas-fasilitas yang tidak memiliki layanan dasar, ujar aktivis lokal.
Muhammad Al-Basha mengatakan bahwa kerabatnya yang melarikan diri dari kota Hammouriyah telah ditempatkan di pusat Al-Duwair bersama 6.000 lebih orang lainnya.
Pria dan pemuda (berusia 16-50 tahun) dimasukkan ke dalam tahanan, menurut Al-Basha.
Penduduk lainnya, Hossam Al-Masri yang juga merupakan kerabat seorang tahanan di Al-Duwair mengatakan bahwa rezim memberlakukan larangan ketat terhadap mereka yang ingin mengunjungi kerabat di sana, di mana dibutuhkan beberapa lapis izin keamanan.
Al-Masri mengatakan kepada Zaman Alwasl bahwa rezim mengizinkan sejumlah keluarga, kebanyakan perempuan dan anak-anak di bawah usia 15 tahun untuk menemui keluarga mereka di Damaskus. (haninmazaya/arrahmah.com)