GHAUTAH (Arrahmah.com) – Sebuah faksi pejuang Suriah di Ghautah Timur mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan rezim Asad untuk mengevakuasi para pejuang dan warga sipil ke provinsi Idlib.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan Jum’at (23/3/2018), kelompok Failaq Ar-Rahman mengatakan kesepakatan yang diperantarai Rusia memungkinkan evakuasi mereka yang sakit dan terluka, dan bantuan akan diizinkan memasuki wilayah yang dikepung, lansir Al Jazeera.
Pejuang dan keluarga mereka diizinkan meninggalkan Ghautah Timur, pinggiran ibu kota Damaskus, dan mereka yang memutuskan untuk tetap tinggal, akan dijamin keselamatannya, ujar pernyataan tersebut.
Selain itu, pertukaran tahanan antara Failaq Ar-Rahman dengan rezim Asad akan berlangsung dan polisi militer Rusia akan dikerahkan di daerah-daerah yang dikendalikan kelompok itu, seperti Irbin, Zamalka, Ein Tarma dan Jobar.
Dalam siaran televisi, media rezim Asad melaporkan bahwa evakuasi 7.000 orang-pejuang dan anggota keluarga mereka-ke Idlib akan dimulai pada Sabtu (24/3) pagi.
Pasukan rezim telah membagi Ghautah Timur menjadi tiga kantong, yang berada di bawah kendali tiga kelompok pejuang yang berbeda.
Kesepakatan itu merupakan yang kedua setelah kelompok lainnya, Ahrar Syam, setuju untuk melakukan evakuasi dari Harasta, kota yang berada di bawah kendalinya, pada Rabu lalu.
Kantong ketiga, yang mencakup kota Douma di utara, dikendalikan oleh kelompok Jaisyul Islam dan merupakan bagian terakhir yang masih dikendalikan oleh pejuang Suriah.
Zeina Khodr dari Al Jazeera mengatakan bahwa evakuasi dalam kedua kesepakatan itu bukan hanya pejuang dan keluarga mereka.
“Warga sipil lainnya juga akan pergi, orang-orang yang terlibat dalam kegiatan oposisi seperti aktivis media, medis dan relawan pertahanan sipil,” ujarnya berbicara dari Beirut, Libanon.
Khodr mencatat bahwa kesepakatan tersebut merupakan bagian dari taktik militer yang telah digunakan oleh rezim Suriah dalam tujuh tahun terakhir.
“Rezim Suriah mengepung suatu daerah, membombardir, membuat orang kelaparan dan memberi mereka pilihan untuk pergi, kelaparan atau mati,” ujarnya.
“Ini telah terjadi di masa lalu dan PB telah mengkritik ini sebagai pemindahan paksa,” tambahnya.
Lebih dari 1.500 warga sipil tewas di daerah Ghautah Timur sejak pasukan rezim yang didukung kekuatan udara Rusia melancarkan serangan mematikan pada 18 Februari.
Pejuang Suriah kehilangan sebagian besar wilayah, dan tentara rezim mengklaim bahwa kini merebut 80% dari Ghautah Timur. (haninmazaya/arrahmah.com)