SURABAYA (Arrahmah.com) – Jagat maya dibuat heboh setelah beredar video ritual yang dilakukan sekelompok orang yang membaca “Selawat Pancasila”.
Belakangan, orang yang ada di video tersebut menyatakan permintaan maaf dan berjanji tidak akan melakukan aksi seperti itu lagi.
Dalam video berdurasi sekitar 5 menit itu, sekelompok orang membaca selawat yang tidak semestinya. Seperti Shallallahu ‘Ala Pancasila, Shallallahu ‘Ala Nusantara, dan Shallallahu ‘Ala Indonesia. Padahal bacaan sholawat seharusnya Shallallahu ‘Ala Muhammad. Aksi itu dilakukan sambil mengelilingi bendera merah putih dan beberapa benda pusaka yang diterangi lilin.
Lokasi ritual diketahui di kawasan Lakarsantri, Surabaya, Jawa Timur.
Menanggapi video yang viral di media sosial itu, polisi segera bertindak dan mengumpulkan beberapa orang terkait dengan aksi di video itu untuk dimediasi pada Selasa (6/3) petang.
“Beredarnya video ritual kebangsaan dari Paguyuban Sawunggaling ternyata mendapat respons dari ulama di Kecamatan Lakarsantri, maka kami segera melakukan mediasi,” ujar Kapolsek Lakarsantri Kompol Dwi Heri Sukiswanto, saat dihubungi kumparan, Rabu (7/3).
Mediasi dihadiri oleh Camat, Danramil, penasihat MUI, Plt Lurah Lidah Wetan, Ketua LPMK Lidah Wetan, dan perwakilan dari Paguyuban Sawunggaling.
Dari mediasi tersebut telah tercapai kesepakatan bersama. Kelompok Paguyuban Sawunggaling menyatakan tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.
“Mereka mengatakan permohonan maaf secara terbuka pada saat kegiatan pertemuan itu,” kata Dwi Heri.
Menurutnya, ritual yang beredar di medsos itu berpotensi menimbulkan konflik horizontal di masyarakat. Terlebih menyangkut keyakinan keagamaan.
“Karena konflik agama atau keyakinan itu enggak mudah lho diredam. Kita sama-sama tidak mau terjadi,” tegasnya.
(ameera/arrahmah.com)