BANDUNG (Arrahmah.com) – Jurnalis Islam Bersatu (JITU) bekerja sama dengan DKM Ulul Abshor Universitas Pasundan, Lengkong, Bandung, menggelar bedah buku “Media Massa Islam, Sejarah, Dinamika, dan Perannya di masyarakat, pada Sabtu (03/02/2018).
Pemateri dalam acara tersebut adalah Roni Tabroni, M.SI, penulis buku dan juga pengamat media, serta Muhammad Pizaro, Ketua Umum Jurnalis Islam Bersatu (JITU) dan redaktur kantor berita Turki Anadolu Agency.
Pada kesempatan itu, penulis buku “Media Massa Islam” Roni Tabroni menjelaskan, media Islam memiliki poin lebih dibanding media mainstream.
Roni menilai, meski tidak besar secara bisnis seperti media mainstream, media Islam selalu kokoh dan bertahan. Sebab, katanya, konteks yang diusung adalah semangat dakwah, bukan semata uang.
“Semangat dakwah yang membuat media Islam bertahan di tengah perubahan zaman. Ia melakukan ‘sesuatu’, bukan mencari ‘sesuatu’. Lain hal dengan wartawan media mainstream yang militan pada hal yang berbau kapitalis,” jelasnya dalam bedah buku ‘Media Massa Islam’ di Universitas Pasundan, Lengkong, Bandung, Sabtu (03/02/2018), sebagaimana dilansir Islamic News Agency.
Nilai tambah lainnya, lanjut Roni, media Islam tidak sekadar transfer informasi, namun juga transfer nilai-nilai dari keyakinan yang dipegangnya. Oleh karena itu, menurut dosen UIN Bandung ini, tidak heran jika media Islam cenderung gencar mengusung nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan. Yang tentu konteksnya selalu dalam bingkai keislaman.
“Ketika berbicara transfer nilai ini, maka akan selalu bermuara pada pencerahan dan perubahan perilaku. Inilah yang dilakukan media Islam,” paparnya.
“Media Islam tidak berpikir soal seberapa banyak konten yang dibuat, tapi seberapa kuat pengaruh yang ia hasilkan dari konten tersebut,” tambahnya.
Senada dengan yang disampaikan Roni, Ketua Umum Jurnalis Islam Bersatu (JITU), Muhammad Pizaro sepakat bahwa media Islam cenderung militan terhadap ideologi yang dianutnya. Menurutnya, spirit dakwah yang dimiliki mereka sangat kuat.
Dengan spirit itu pula, ungkap Pizaro, JITU bisa eksis dan bahkan mampu mewarnai kancah global. Misalnya, reportase JITU dalam Aksi Bela Islam, juga batalnya konser Lady Gaga yang merupakan kolaborasi antara jurnalis Islam dan ulama.
Kedepannya, terang Pizaro, langkah JITU tidak berhenti sampai di sana. “Kami akan terus meningkatkan kualitas para jurnalis,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)