WASHINGTON (Arrahmah.com) – Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam tweet pada Selasa (2/1/2018) bahwa Amerika Serikat dapat menahan bantuan tunai masa depan bagi orang-orang Palestina. Ia pun menuduh mereka “tidak lagi bersedia untuk berbicara damai” dengan ‘Israel’, Reuters melaporkan.
Trump mengatakan bahwa Washington memberi warga Palestina “RATUSAN JUTA DOLLAR per tahun dan tidak mendapat penghargaan atau penghormatan apapun. Mereka bahkan tidak ingin menegosiasikan sebuah perjanjian perdamaian yang telah lama tertunda dengan ‘Israel’ … Saat orang-orang Palestina tidak lagi mau berbicara damai, mengapa kita harus melakukan pembayaran masa depan yang besar-besaran ini kepada mereka?”
Tweet Trump ini mengikuti rencana yang diungkapkan oleh duta besar PBB sebelumnya pada Selasa (2/1) untuk menghentikan pendanaan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Palestina.
“Presiden pada dasarnya mengatakan bahwa dia tidak ingin memberikan dana tambahan, atau menghentikan pendanaan, sampai orang-orang Palestina setuju untuk kembali ke meja perundingan,” Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan kepada wartawan saat ditanya mengenai pendanaan AS di masa depan untuk Bantuan PBB dan Badan Pekerjaan untuk pengungsi Palestina.
AS adalah negara donor terbesar untuk agen tersebut, dengan janji sebesar hampir $ 370 juta pada tahun 2016, menurut situs UNRWA.
Hubungan antara Palestina dan Washington memburuk awal bulan lalu setelah Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota ‘Israel’, menimbulkan kemarahan di dunia Arab dan keprihatinan di antara sekutu Barat Washington.
Beberapa minggu kemudian, lebih dari 120 negara menentang Trump dan memilih sebuah resolusi Majelis Umum PBB yang meminta agar Amerika Serikat melepaskan pendiriannya atas status Yerusalem.
“Resolusi tersebut tidak bisa mengubah situasi yang ada,” kata Haley.
“Orang-orang Palestina sekarang harus menunjukkan kepada dunia bahwa mereka ingin berunding. Sampai sekarang, mereka tidak melakukannya tapi mereka tetap meminta bantuan. Kami tidak akan memberikan bantuan, kami akan memastikan mereka datang untuk berunding dan kami ingin maju dengan proses perdamaian,” tambahnya.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, telah menyebut keputusan administrasi Trump tentang Yerusalem sebagai “kejahatan terbesar” dan pelanggaran mencolok terhadap undang-undang internasional, dan mengatakan bahwa tidak dapat diterima lagi bahwa Amerika Serikat memiliki peran dalam proses perdamaian Timur Tengah karena hal itu bias dan menguntungkan ‘Israel’.
Pada hari yang sama (2/1), Parlemen ‘Israel’ mengeluarkan amandemen yang akan membuat lebih sulit baginya untuk menyerahkan kontrol atas bagian-bagian Yerusalem dalam kesepakatan damai dengan Palestina. (althaf/arrahmah.com)