TUNIS (Arrahmah.com) – Uni Emirat Arab dan Tunisia akan bekerja sama untuk mengatasi ancaman “terorisme” menyusul sebuah ‘pertengkaran’ pekan lalu di mana sejumlah perempuan Tunisia dilarang terbang ke UAE, lansir MEMO pada Rabu (27/12/2017).
Menurut pemerintah Tunisia, UEA memiliki informasi intelijen bahwa ‘militan’ perempuan yang kembali dari Irak atau Suriah akan mencoba menggunakan paspor Tunisia untuk melakukan serangan teroris.
Tunisia meminta agar UAE meminta maaf setelah menerapkan larangan bepergian terhadap perempuan Tunisia yang memasuki negara tersebut, dengan mengatakan bahwa pihaknya tidak memberikan penjelasan mengenai tindakannya yang tiba-tiba. Pesawat tersebut kemudian menangguhkan akses maskapai penerbangan Emirates ke bandara di negara tersebut.
Namun pekan ini, Saida Garrach, seorang penasihat di kepresidenan Tunisia, menyatakan bahwa UEA memiliki “informasi serius mengenai kemungkinan tindakan teroris sebagai bagian dari kembalinya mereka yang meninggalkan Irak dan Suriah,” menurut radio Shems FM.
“Apa yang mengkhawatirkan Uni Emirat Arab adalah kemungkinan tindakan teroris yang dilakukan oleh perempuan Tunisia atau oleh para pemegang paspor Tunisia,” kata Garrach.
Garrach kemudian mengkritik cara UEA mengkomunikasikan ancaman ini ke Tunisia.
“Kami memerangi terorisme bersama Uni Emirat Arab … Tapi kami tidak dapat menerima bagaimana mereka memperlakukan kaum perempuan Tunisia dan tidak menerima apa yang telah terjadi pada perempuan kami di bandara.”
Tunisia adalah salah satu negara yang memiliki konsentrasi ‘militan’ tertinggi yang melakukan perjalanan ke negara-negara seperti Suriah dan Irak.
Sejak pemberontakan tahun 2011 yang menggulingkan diktator lama Zine El Abidine Ben Ali, Tunisia telah menyaksikan peningkatan serangan yang dipimpin oleh ISIS yang telah membunuh sejumlah polisi dan tentara termasuk 59 turis asing.
Lebih dari 3.000 warga Tunisia diyakini telah melakukan perjalanan ke luar negeri, menurut Kementerian Dalam Negeri Tunisia dengan 800 orang telah kembali ke Tunisia di mana mereka kemudian ditahan, dipantau atau ditempatkan di bawah tahanan rumah. (althaf/arrahmah.com)