JAKARTA (Arrahmah.com) – Perilaku Lesbian Gay Biseks dan Transgender (LGBT) disebut tidak datang secara sendiri. Orientasi seks menjadi LGBT terbentuk setelah melewati tahap atau fase cognitive dissonance.
Keadaan itu adalah ketika mental merasa tidak nyaman terkait keyakinan, ide, atau nilai-nilai. Bahasa kerennya untuk masa kini adalah kondisi galau.
“Yang saya temukan semua orang yang mengalami orientasi seksnya LGBT mereka mengalami satu tahap fase yang dilalui oleh mereka. Satu tahap yang saya sebut cognitive dissonance. Mereka galau,” kata pakar Neuropsikolog Ihsan Gumilar, saat diskusi bertajuk ‘LGBT, Hak Asasi dan Kita’ di Cikini, Jakarta, Sabtu (23/12/2017), lansir Tribunnews.
Menurut Ihsan, fase ini biasanya dilalui ketika masih remaja. Remaja labil kemudian mencari jawaban dan jati diri. Mereka mulai bertanya-tanya apakah mereka itu laki-laki atau perempuan.
Keadaan inilah, jelas Ihsan, bisa dimanfaatkan oleh kelompok LGBT untuk direkrut.
Ihsan mengungkapkan, para LGBT mengemas promosinya sedemikian rupa sehingga anak-anak dan remaja itu ikut di dalamya dan tidak sadar mereka terpapar penyakit mental.
“Saya akui ya untuk teman-teman LGBT di Indonesia Anda sangat bagus sekali memasukkan nilai-nilai itu ke dalam masyarakat. Melalui tayangan-tayangan video. Orang mau menonton ini,” ungkap Ihsan.
Nah, dalam acara tersebut lah para LGBT itu menyelipkan bahwa menjadi LGBT adalah sesuatu yang normal.
“Ada yang diselip-sellipkan di sana dan saya, kita harus akui ini adalah salah satu cara bagaimana mengenalkan nilai-nilai ini oke dan normal secara psikologis,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)