JENEWA (Arrahmah.com) – Serangan udara yang dilancarkan oleh koalisi militer pimpinan Saudi di Yaman telah menewaskan setidaknya 136 warga sipil dan non-kombatan sejak 6 Desember, kata juru bicara hak asasi manusia PBB pada Selasa (19/12/2017).
Pejabat PBB lainnya mengatakan bahwa koalisi tersebut mempertahankan pembatasan dari sejumlah kapal yang mencapai Yaman meskipun 8 juta rakyat Yaman berada di ambang kelaparan. Mereka mengandalkan impor untuk sebagian besar asupan makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
“Kami sangat prihatin dengan lonjakan korban sipil baru-baru ini di Yaman akibat serangan udara yang intensif oleh koalisi, setelah pembunuhan mantan presiden Ali Abdullah Saleh di Sana’a pada 4 Desember,” juru bicara hak asasi manusia, Rupert Colville, menyatakan dalam pertemuan pers.
Insiden yang diverifikasi oleh kantor hak asasi manusia PBB mencakup tujuh serangan udara di sebuah penjara di distrik Shaub, Sana’a, pada 13 Desember yang menewaskan setidaknya 45 tahanan yang dianggap setia kepada Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang didukung oleh Arab Saudi.
“Orang bisa menganggap itu sebuah kesalahan, mereka tidak bermaksud membunuh tahanan dari pihak mereka sendiri,” kata Colville. “Ini adalah ilustrasi tentang kurangnya tindakan pencegahan.”
Serangan udara lainnya menewaskan 14 anak-anak dan enam orang dewasa di sebuah rumah pertanian di Hodeidah pada 15 Desember, serta seorang perempuan dan sembilan anak yang kembali dari pesta pernikahan di Marib pada 16 Desember, katanya.
Serangan udara yang diverifikasi oleh kantor hak PBB di Sana’a, Saada, Hodeidah dan Taiz juga melukai 87 warga sipil.
“Jika dalam kasus tertentu karena tindakan pencegahan tidak dilakukan atau warga sipil sengaja ditargetkan, maka dengan mudah kami bisa katakan mereka melakukan kejahatan perang,” kata Colville.
Banyaknya kejadian serupa di Yaman yang menjadikan PBB sulit untuk menyimpulkan bahwa kejahatan perang tidak terjadi.
Pada Selasa (19/12), pertahanan udara Saudi mencegat sebuah rudal balistik yang ditembakkan ke ibukota Riyadh namun tidak ada laporan korban, kata koalisi tersebut, yang terbaru dalam serangkaian serangan kelompok Houtsi yang bersekutu dengan Iran di Yaman.
Pembatasan akses ke Yaman yang dipaksakan oleh koalisi menjadi blokade total pada 6 November meskipun kondisinya mereda pada 25 November sehingga memungkinkan kapal bantuan dan beberapa kargo komersial mencapai negara bagian Arab yang hancur tersebut. (althaf/arrahmah.com)