WASHINGTON (Arrahmah.com) – Ratusan umat Islam menghadiri shalat Jum’at (8/12) di depan Gedung Putih untuk memprotes keputusan Presiden Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Menanggapi seruan organisasi Muslim Amerika, para jamaah menggelar sajadah di sebuah taman di depan kediaman Presiden.
Dengan mengenakan syal keffiyeh tradisional Palestina atau warna bendera Palestina, para pengunjuk rasa itu juga membawa spanduk yang mengecam pendudukan Israel di Yerusalem Timur dan Tepi Barat.
Pada Rabu (6/12/2017), Trump menyatakan bahwa AS mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan mengumumkan pemindahan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
“Trump tidak memiliki sepetak tanah Yerusalem dan Palestina, dia memiliki Menara Trump. Dia bisa memberikan menara itu kepada orang Israel,” kata Nihad Awad, direktur eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), kepada AFP.
Berbicara bersama tokoh-tokoh terkemuka lainnya dari komunitas Muslim Amerika selama demonstrasi tersebut, Awad meminta Trump untuk mengutamakan kepentingan Amerika, bukan kekuatan asing dan lobi-lobinya di AS.
Seorang peserta aksi lainnya, Zaid al-Harasheh, mengatakan kepada AFP bahwa keputusan Trump adalah bukan untuk perdamaian dan keputusan itu bisa menciptakan lebih banyak kekacauan.
Pernyataan Trump memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim.
Pada Jum’at (8/12), bentrokan antara ribuan orang Palestina dan pasukan keamanan Israel di Tepi Barat dan di Jalur Gaza menyebabkan dua orang tewas dan puluhan lainnya cedera.
Israel menguasai Yerusalem Timur dari Yordania pada tahun 1967 dan kemudian mencaploknya, sebuah tindakan yang tidak diakui oleh masyarakat internasional.
Negara Yahudi menganggap Yerusalem sebagai ibukota yang tidak terbagi, namun orang-orang Palestina percaya bahwa Yerusalem Timur diduduki secara ilegal dan memandangnya sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
(ameera/arrahmah.com)