SURIAH (Arrahmah.com) – Sedikitnya 80 orang telah terbunuh dalam waktu lebih dari 24 jam dalam serangan udara Rusia dan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad di bagian timur dan selatan Suriah.
Mayoritas korban tewas adalah warga sipil.
Di provinsi Deir Azzur, diduga jet tempur Rusia menghantam desa Al-Shaf’ah di tepi timur Sungai Eufrat pada Ahad (26/11/2017), membunuh sedikitnya 51 orang, lansir Zaman Alwasl pada Senin (27/11).
Empat lainnya tewas dalam serangan di desa Al-Darnaj, juga pada Ahad (26/11), meningkatkan jumlah korban tewas di provinsi tersebut menjadi 55 orang.
Provinsi Deir Azzur adalah salah satu dari wilayah yang dikuasai oleh ISIS.
Sementara itu di Ghautah Timur, sedikitnya 25 orang tewas dalam serangan udara Rusia dan rezim Asad yang melakukan penembakan di beberapa wilayah yang dikuasai oleh pejuang Suriah di hari yang sama (26/11).
Serangan tersebut menargetkan sebuah pasar lokal di lingkungan Misraba di mana 16 orang dilaporkan tewas. Sembilan lainnya terbunuh dalam penembakan di lingkungan Medyara dan Douma.
Menurut laporan Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), sebuah kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, 25 korban tewas termasuk lima anak dan tiga perempuan, lansir Zaman Alwasl.
Pelanggaran kesepakatan
Ghautah Timur secara konsisten ditargetkan meskipun masuk ke dalam daftar “zona de-eskalasi” di mana aktivitas militer dilarang berdasarkan sebuah kesepakatan yang disahkan oleh Turki, Rusia dan Iran yang ditandatangani pada September lalu.
Namun, serangan tidak juga berhenti yang melanggar kesepakatan tersebut.
Fadel Abdul Ghany, direktur Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR), mengatakan bahwa Ghautah Timur kini menjadi target utama rezim Asad.
“Rezim tidak tertarik dalam de-eskalasi, setelah mereka merebut Aleppo, mereka pergi ke Deir Azzur dan kini Ghautah. Ini adalah target utama mereka sekarang,” ujar Abdul Ghany kepada Al Jazeera.
Sejak pelaksanaan kesepakatan tersebut, setidaknya 250 orang telah tewas dalam serangan udara yang dilancarkan oleh Rusia dan rezim Asad di distrik tersebut, menurut pernyataan pusat medis dan relawan pertahanan sipil. (haninmazaya/arrahmah.com)