Oeh: Fahmiyah Tsaqofah Islamiy
(Siswi SMA KHOIRU UMMAH Taman-Sidoarjo)
(Arrahmah.com) – Islam dan kafir, dua kata yang saling berlawanan ini memiliki makna singkat yang dapat mengguncang dunia.
Mereka bilang orang muslim tak boleh mengatakan kata “kafir” terhadap orang yang secara agamis tak mengakui keberadaan Allah sebagai tuhan.
Mereka bilang cap “islam” dan “kafir” adalah benih intoleransi yang dapat memecah belah NKRI, meretakkan kesatuan dan persatuan negri ini, dan dianggap tak menjunjung tinggi “kebhinekaan” yang telah disepakati.
Belakangan, Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Banyumas, Khasanatul Mufidah di Gedung Ki Hajar Dewantara Kompleks Dinas Pendidikan Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (28/7), menuntut agar kegiatan menyanyikan lagu tepuk anak sholeh dihentikan karena membahayakan kebhinekaan. Alasannya, lagu tersebut dinilai mengajarkan anak untuk intoleran. Sebab, diakhir liriknya berbunyi Islam “yes!, kafir no!”.
Ia tidak menjelaskan dampak nyata dari pengaruh tepuk Anak Sholeh dengan tindakan yang dianggap intoleran dan menolak kebersamaan. Padahal lagu tersebut sudah ada sejak lama. Hal ini mengundang kecaman keras dari Aisiyah. Organisasi sayap Muhammadiyah tersebut melalui Ketua Pengurus Daerah Aisyiyah Banyumas Zakiyah mengecam keras tuduhan lagu Anak Sholeh mengancam kebhinekaan. (mediaoposisi.com)
Selain itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menilai tidak ada permasalahan dengan lirik lagu Tepuk Anak Sholeh.
Menurutnya, yang menjadi masalah apabila anak-anak kemudian menunjuk dan menyebut orang sebagai kafir. Sehingga, ia beranggapan harus ada pemahaman dari atas lirik tersebut.
“Yang penting (kafir) tidak dialamatkan pada orang lain untuk meyakinkan diri saya harus Islam dan tak boleh kafir, masak tak boleh,” jelasnya. (Republika.com)
Jika kata “kafir” yang diucapkan seseorang di cap intoleransi, lalu bagaimana dengan kata “kafir” dalam Al Qur’an? Bukankah istilah itu memang berasal dari Allah SWT untuk membedakan orang-orang yang mengimani Allah SWT dengan yang tidak? Tidak ada unsur intoleransi didalamnya.
Ada apa dengan islam sehingga begitu ditakuti oleh banyak orang? Terlebih lagi kaum muslim sendiri.
Jika kita membiasakan diri untuk berfikir politis, maka akan terlihat bahwa ini adalah statement yang sengaja di gencarkan sedemikian rupa oleh musuh-musuh islam untuk menghalangi kebangkitan kaum muslimin, memupuk ketakutan terhadap islam dalam diri mereka, dengan cara menggelontorkan upaya-upaya “brain washing” melalui statement-statement, opini-opini, media-media yang mereka kuasai. Mereka sengaja membuat penyesatan-penyesatan terhadap ajaran islam. Mereka berusaha keras agar kaum muslimin enggan mendalami tsaqofah islam sehingga tidak segan-segan membuang ajaran islam yang berkaitan dengan memperjuangkan diterapkannya hukum-hukum islam di muka bumi.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa Inilah buah dari ketakutan musuh-musuh islam terhadap tegaknya islam. Karena mereka sangat memahami bahwa ketika islam kembali diterapkan di muka bumi dan menjadi kekuatan kaum muslimin dalam sebuah institusi negara maka eksistensi mereka akan sirna. Mereka tak lagi bisa menguasai, menjajah, dan merampok kekayaan alam di negri-negri kaum muslimin dan memperbudak mereka.
Oleh karena itu, semestinya kaum muslimin menyadari penyesatan opini ini dan senantiasa menjaga identitas keislaman mereka dengan memperbanyak memahami tsaqafah islam.
Selain itu, mereka juga harus memahami bahwa islam sesungguhnya bukanlah agama yang perlu ditakuti, bahkan sampai di jauhi. Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Bahkan ketika diterapkan secara kaffah dalam sebuah negara akan memberikan kemuliaan kepada seluruh manusia, terutama kepada kepada kaum muslimin.
(*/arrahmah.com)