DEPOK (Arrahmah.com) – Penjajahan yang dilakukan “Israel” terhadap Palestina dianggap sebagai bencana kemanusiaan yang harus menjadi perhatian dunia. Sebab, bencana yang menimpa warga Palestina, bukan hanya masalah bagi umat Islam saja, ujar salah seorang tokoh Palestina, Syaikh Ayman Abdul Qodir Al Mabhuh kepada Republika saat menghadiri acara The Sound of Humanity yang diselenggarakan Dompet Dhuafa untuk Palestina, belum lama ini.
Ia mengatakan, masalah yang menimpa warga Palestina bukan hanya masalah bagi umat Islam saja. Sebab, yang sebenarnya terjadi di Palestina adalah masalah kemanusiaan.
“Artinya, cukup kita menjadi manusia untuk paham tentang penderitaan warga Palestina, tidak harus menjadi umat Islam,” kata Ayman.
Dia mengatakan, yang melawan penjajah Zionis “Israel” bukan hanya umat Islam Palestina saja. Masyarakat Nasrani dan Yahudi juga banyak yang menolak pemikiran Zionis yang gemar menjajah. Menurutnya, umat lain saja merasa ada masalah kemanusiaan yang terjadi di Masjid Al-Aqsha, Palestina. Maka, umat Islam seharusnya lebih peka lagi terhadap masalah yang terjadi di Palestina.
Ayman mengungkapkan, tapi kondisi umat Islam di negara-negara lain juga keadaannya tidak sedang baik karena mereka sedang diuji. Banyak terjadi bencana kemanusiaan seperti di Suriah. Di waktu yang bersamaan, negara-negara mayoritas Muslim yang seharusnya punya kekuatan untuk membantu Palestina malah sibuk dengan manuver-manuver politik.
“Seperti Arab Saudi malah mengembargo Qatar, ini bukan dalam rangka menyelesaikan krisis kemanusiaan yang dialami umat Islam di berbagai belahan bumi, ini bentuk langkah mundur dari kualitas umat Islam,” ujarnya.
Dia menerangkan, kalau bicara tentang Palestina, seiring waktu berlalu, semakin banyak kejadian baru. Akses pendidikan warga Palestina semakin dipersempit dan dibatasi. Suplai makanan juga semakin lama semakin dibatasi. Hal ini sama-sama terjadi di Gaza dan Tepi Barat Palestina.
“Kalau bicara kondisi terakhir di Palestina, setiap hari semakin mengalami kemunduran, setiap hari keadaannya semakin mengenaskan,” ungkapnya.
Meski banyak yang menilai kondisi di Tepi Barat lebih bagus daripada di Gaza, menurut Ayman, sebenarnya di Tepi Barat juga tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Sebab, akses-akses dikuasai orang-orang Zionis di Pemerintah Israel. Sehingga mereka leluasa mengatur hajat hidup orang-orang Palestina.
“Nilai-nilai kemanusiaan semakin hari semakin dilecehkan, hak-hak hidup masyarakat Palestina semakin hari semakin dikesampingkan,” ujarnya.
Syekh Ayman menilai bahwa zionisme merupakan dalang di balik keterpurukan Palestina.
Ia mengatakan negara-negara muslim tetangga Palestina pun seolah bungkam. Zionis telah berhasil menciptakan masalah internal di negara-negara Arab sehingga mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
“Zionis itu jahat karena gerakan ini berlandaskan pada nilai penjajahan dan sepenuhnya mengesampingkan nilai kemanusiaan. Kaum Yahudi saja menolak paham zionisme,” kata Syekh Ayman kepada Anadolu Agency saat diwawancara usai acara.
Berdasarkan pengetahuannya, kaum zionis sudah berabad-abad lamanya menggunakan kedok agama untuk memuluskan misinya menguasai dunia. Padahal sebetulnya gerakan ini tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali, termasuk dengan Yahudi yang selalu dikait-kaitkan dengan zionisme.
Menurut pengalamannya, warga Palestina pun sesungguhnya tak ada masalah dengan kaum Yahudi maupun Nasrani.
“Nabi Muhammad SAW sendiri saja mengajarkan kami untuk hidup berdampingan dan saling menghormati,” tukas pria kelahiran 18 Juni 1987 itu.
Hal ini bisa dicontohkan saat kawasan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem ditutup. Ketika Muslim Palestina dilarang beribadah, umat Kristen di sekitar kawasan tersebut justru mendukung perjuangan umat Islam untuk bisa kembali sholat.
Selain itu, kata dia, “Israel” kerap menyesatkan informasi mengenai Palestina dan Masjid Al-Aqsa.
Tujuannya supaya dunia Islam tidak tahu apa-apa tentang kedua tempat itu. Kalau tidak ada yang tahu, tidak akan ada yang peduli dan menolong.
“Masalah Palestina ini gambaran umat Islam sekarang, parameter keadaan kaum Muslim. Semakin baik kondisi di Palestina, semakin baik pula kondisi umat Islam di seluruh dunia,” tegas pemuda yang kini sedang berdomisili di Istanbul, Turki, untuk menempuh studi doktoralnya. (fath/arrahmah.com)