(Arrahmah.com) – Kantor United Nations Assistance Mission in Afghanistan (UNAMA) di Kabul kembali mempublikasikan laporan pertengahan tahunnya terkait korban sipil. Dan seperti biasanya, laporan itu dikumpulkan dan disusun dengan tidak adil.
Konten laporan ini mengatakan bahwa 43% korban sipil selama enam bulan terakhir disebabkan oleh Mujahidin Imarah Islam [Afghanistan] atau Taliban, 5% oleh Daesh (sebutan bagi ISIS di Afghanistan), 18% oleh pasukan Amerika dan Kabul dan 19% tidak terkait siapa pun.
Kami sekali lagi menolak dengan keras laporan ini. Imarah Islam [Afghanistan] lebih sensitif dan waspada terkait pencegahan korban sipil daripada pihak yang lain. Penjajah Amerika dan aparat keamanan pemerintahan Kabul serta milisi Arbaki yang mereka latih di sisi lain tidak begitu peduli terkait hilangnya nyawa dan harta seseorang.
Bangsa ini telah sadar betul bahwa penjajah Amerika lah dan orang-orang lokal bayaran mereka seperti ANA (Afghan National Army), polisi, milisi Arbaki dan sebagainya yang menyebabkan kerugian terhadap warga sipil tak berdaya dalam serangan-serangan mereka yang membabi buta setiap hari. Mereka membom desa-desa dan rumah-rumah, menghujani mortir-mortir dan menembakkan peluru artileri, melancarkan serangan malam, serangan-serangan drone dan berbagai operasi lainnya sementara milisi Arbaki -teratas dalam membunuh warga sipil- terus berakhis mengganggu warga lokal dan merugikan kehormatan status mereka dengan cacian dan hinaan.
Dan fakta tentang ribuan pemuda dan tetua kami yang ditawan dalam kurungan-kurunga biadab oleh para penjajah selama bertahun-tahun tanpa pengadilan atau pembenaran juga tidak luput pada siapapun. Tetapi terlepas dari semua ini, UNAMA telah menetapkan bahwa para penjahat itu hanya bertanggung jawab sebanyak 18% saja dari kejahatan-kejahatan tersebut, yang mana hal itu merupakan keputusan yang sepenuhnya tidak adil dan memihak.
Bisa dilihat bahwa UNAMA kembali memilih politik dalam isu kemanusiaan ini dan mencoba untuk membebaskan para penjajah dan orang-orang bayaran mereka.
Imarah Islam mencintai bangsanya, berjuang demi tegaknya Islam dan kebebasan serta kemerdekaan bagi rakyatnya. Anggota-anggotanya telah melempar kehidupan pribadi mereka dalam bahaya, memeluk kesyahidan, menerima pemindahan, pemenjaraan, pemaksaan dan setiap hal yang membahayakan lainnya sehingga bangsa mereka dibebaskan, maka bagaimana mungkin mereka menjadi sembrono dengan nyawa rakyatnya yang mana Islam telah larang?
Tidak ada laporan tunggal UNAMA yang telah dikumpulkan dari daerah-daerah dibawah kontrol Imarah Islam bahkan faktanya kematian dan kehancuran oleh penjajah dilakukan di sana dan merupakan tempat pertempuran.
Untuk mengakhiri, kami menginginkan UNAMA dan semua organisasi kemanusiaan untuk menangani masalah korban sipil ini dalam yang tidak memihak
Persoalan korban sipil seharusnya tidak digunakan sebagai bahan propaganda dan tidak seharusnya juga organisasi internasional seperti UNAMA yang mengklaim netral menangani masalah-masalah semacam ini dengan sikap yang bias karena pendekatan semacam itu hanya akan memperburuk masalah ini dan mendorong para pelaku sebenarnya untuk melanjutkan kejahatan mereka.
Juru bicara Imarah Islam Afghanistan
Zabihullah Mujahid
(siraaj/arrahmah.com)