RIYADH (Arrahmah.com) – Sekelompok akademisi dan warga negara Arab Teluk memprakarsai sebuah petisi yang meminta partisipasi warga negara dalam proses pengambilan keputusan politik di semua enam negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC), di tengah keretakan yang terus berlanjut yang mengakibatkan beberapa negara di Arab Teluk memutuskan hubungan dengan Qatar.
Petisi yang ditujukan kepada pemimpin GCC dan pembuat kebijakan itu mulai beredar di platform media sosial pada hari Sabtu, dan telah mendapatkan lebih dari 500 tanda tangan dari akademisi dan individu di wilayah Teluk – sebuah angka yang menurut para inisiator telah melampaui harapan.
“Peristiwa terakhir telah membuktikan bahwa masyarakat di wilayah ini cukup sadar dan berupaya untuk menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan dan menentukan nasib mereka sendiri,” demikian bunyi sebagian dari petisi tersebut, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Petisi tersebut muncul setelah Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Mesir dan negara-negara kecil lainnya memutuskan hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Qatar pekan lalu dengan tuduhan mendukung “terorisme” di wilayah tersebut, tuduhan yang ditolak oleh Qatar.
Negara-negara Teluk memutuskan hubungan laut dan udara dengan Qatar, dan telah memerintahkan warga Qatar untuk meninggalkan negara mereka. Mereka juga mendesak warganya untuk kembali ke negara masing-masing, tindakan yang mengganggu kehidupan ribuan orang di wilayah tersebut dan membatasi kebebasan bergerak mereka.
Salah satu penulis dan penggagas petisi, mahasiswa Universitas Qatar PhD Esraa al-Muftah, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa petisi tersebut menyerukan “untuk segera mengentikan tindakan yang bisa mengarah pada eskalasi situasi dan berdampak pada kebebasan bergerak orang-orang yang berada di dalam negara-negara GCC.”
(ameera/arrahmah.com)