ANKARA (Arrahmah.com) – Juru bicara kepresidenan Turki mengungkapkan bahwa dunia menutup mata terhadap krisis pengungsi kecuali jika hal itu mempengaruhi mereka secara langsung.
“Salah satu krisis pengungsi terburuk dalam sejarah baru-baru ini tidak dapat ditangani dengan cara yang sesuai dengan martabat manusia karena orang-orang yang berkuasa tidak ingin melihatnya sebagai masalah kecuali jika sampai di ambang pintu mereka,” tulis Ibrahim Kalian dalam surat kabar Turki, Daily Sabah.
Kalin mengatakan kekacauan dan kekisruhan saat ini di tingkat global memiliki banyak sebab politik dan ekonomi.
“Ketidakseimbangan kekuatan yang membuat negara-negara melawan satu sama lain dengan mudah menciptakan ketegangan dengan konsekuensi yang luas,” katanya mengutip perang Suriah dan kerusuhan di Afrika.
“Pada tahun keenam, konflik (Suriah) telah menelan ratusan ribu nyawa dan telah menjadi perang paling dahsyat di abad 21. Perang tidak berakhir karena kekuatan saingan membutuhkan proxy war dalam kerusuhan untuk memajukan kepentingan dan agenda mereka.”
Kalin mengatakan bahwa masalah kemiskinan, korupsi, dan ketidaksetaraan di Afrika “tetap tidak terselesaikan bukan karena hal itu tidak dapat diatasi, tapi karena Afrika digunakan sebagai benua rampasan dan buruh murah untuk menjaga negara-negara kaya di dunia kaya dan aman.”
Juru bicara tersebut menggarisbawahi bahwa kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin terus berkembang karena “tidak ada keinginan untuk menyelesaikan dengan sebuah solusi”.
Kalin mengatakan kekisruhan, kekacauan, dan kehancuran dalam sistem dunia saat ini menyebabkan rasa sakit dan penderitaan, menambahkan penyebab sosio-politik dan ekonomi harus ditangani dengan kemauan politik dan kebijaksanaan.
“Tapi kita juga harus melihat penyebab yang lebih dalam dari keadaan ini yang mengecilkan harapan kita untuk masa depan planet kita dan integritas kemanusiaan kita.”
“Kebenaran yang sederhana adalah kita tidak akan bisa membangun tatanan politik dan persamaan ekonomi kecuali kita menetapkan prinsip keharmonisan, kedamaian, dan keindahan di dalam jikwa kita sendiri,” tambahnya. (fath/arrahmah.com)