NEW YORK (Arrahmah.com) – Seperti yang diharapkan oleh pemerintah AS, berita kematian Syaikh Usamah memberi banyak keuntungan bagi Obama. Dukungan publik terhadap Obama langsung meningkat tajam sejak berita “kematian” Syaikh Usamah dirilis.
Menurut hasil jajak pendapat yang dikeluarkan New York Times/CBS, Rabu (4/5/2011), saat ini mayoritas (57 persen) responden beranggapan positif terhadap kinerja Obama secara keseluruhan.
Prosentase itu merupakan peningkatan dari angka satu bulan sebelumnya, yaitu 46 persen. Dukungan bagi Obama meningkat secara signifikan baik di kalangan Republiken maupun independen.
Namun demikian, kegembiraan publik Amerika atas keberhasilan pasukan AS diikuti dengan kekhawatiran sebagian responden. Menurut jajak New York Times/CBS, enam dari 10 warga Amerika mengatakan bahwa pembunuhan Syaikh Usamah kemungkinan dalam jangka pendek ini akan meningkatkan ancaman teroris terhadap negara mereka.
Menurut data rating Selasa (3/5) lebih dari 56 juta rakyat Amerika Serikat menyaksikan pidato Presiden Barack Obama mengenai kematian Osama bin Laden di televisi. Sekalipun pidato dilakukan pada Minggu malam –tak lama sebelum tengah malam di Pantai Timur AS– dan pemberitahuan singkat diberikan sebelum pidato, pidato Obama menarik lebih banyak penonton dua pidato kenegaraannya sebelumnya.
Sekitar 56,5 juta rakyat Amerika orang menyaksikan televisi untuk mendengarnya mengumumkan bahwa pasukan AS telah “berhasil” menewaskan Syaikh Usamah di Pakistan. Angka itu lebih dari dua kali lipat dari 25,6 juta orang yang menyaksikan pidato Obama pada Maret lalu untuk membenarkan alasan Amerika Serikat melakukan serangan ke Libya.
Pidato kenegaraannya yang pertama pada Januari 2010, disaksikan 48 juta pemirsa, jumlah itu turun 11 persen tahun ini. Sebagai perbandingan, “American Idol” –yang merupakan program hiburan dengan rating tertinggi di televisi AS– saat ini menarik minat 25 juta orang setiap episodenya.
Pidato Obama, disiarkan langsung di sembilan jaringan televisi AS, membuat ribuan orang kafir turun ke jalan-jalan di depan Gedung Putih, di lokasi serangan 11 September dan Times Square, untuk bersuka cita.
Ini hanya satu dari sekian banyak intrik politik dalam mempersiapkan Pemilu berikutnya. Mungkin Obama berharap, dirinya akan kembali ke tampuk kekuasaan menggunakan Syaikh Usama sebagai katrol. Kalau masih ada yang percaya dan mendudukkan Obama sebagai pemimpin demokratis nan peduli rakyat, hanya orang-orang bodohlah yang beranggapan demikian. (rasularasy/arrahmah.com)