BELGRADE (Arrahmah.com) – Badan Dewan Eropa pada Selasa (16/5/2017) meminta Serbia untuk secara resmi mengakui pembantaian Srebrenica tahun 1995 sebagai genosida dan untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab.
Komisi Eropa Melawan Rasisme dan Intoleransi (ECRI) menerbitkan laporan tahunannya tentang Serbia dan juga mengatakan bahwa perkataan yang mendorong kebencian dan kejahatan kebencian meningkat pada negara Balkan.
Dikatakan Beograd harus “secara aktif menerapkan” strategi untuk menghukum mereka yang bersalah atas kejahatan perang.
Sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia terbunuh saat tentara Serbia Bosnia menyerang “daerah aman” PBB Srebrenica pada Juli tahun 1995, terlepas dari kehadiran tentara Belanda yang bertugas untuk bertindak sebagai penjaga perdamaian PBB.
Sebanyak 8.400 orang juga dinyatakan hilang sejak berakhirnya Perang Bosnia 1992-1995, menurut Institute for Missing Persons in Bosnia dand Herzegovina.
Parlemen Serbia pada tahun 2010 mengadopsi sebuah resolusi yang mengecam pembantaian Srebrenica, namun gagal untuk mendefenisikan kejahatan tersebut sebagai genosida.
Pada Selasa, pimpinan ECRI Christian Ahlund mengatakan “pemimpin politik harus secara formal mengakui genosida Srebrenica”.
Namun, baru pada Februari tahun ini persidangan Srebrenica pertama digelar di Beograd, 22 tahun setelah pembunuhan massal tersebut.
Delapan mantan anggota unit khusus polisi Serbia Bosnia dituduh mengorganisir dan berpartisipasi dalam pembunuhan lebih dari 1.300 warga sipil Bosnia di kotamadnya Kravica di dekat Srebrenica.
Pembunuhan di Kravica termasuk di antara beberapa pembantaian yang dilakukan selama genosida Srebrenica; Korban kemudian ditemukan di beberapa kuburan massal.
Pada April, mantan jaksa kejahatan perang Serbia Vladimir Vukcevic juga mengatakan apa yang terjadi di Srebrenica harus digambarkan sebagai genosida.
Berbicara di sebuah diskusi panel di Beograd, Vukcevic mengatakan bahwa para politisi memainkan permainan politik dengan fakta-fakta tentang pembunuhan tersebut.
Parlemen Serbia akhirnya memilih seorang jaksa utama kejahatan perang baru pada 15 Mei, lebih dari setahun setelah masa jabatan Vukcevic berakhir pada Desember 2015.
Perdana Menteri Serbia dan presiden terpilih Aleksander Vucic menghadiri peringatan 20 tahun genosida Srebrenica pada tahun 2015. Di tengah suasana yang emosional, ia terpaksa mengungsi setelah partainya diserang dengan menggunakan batu dan tongkat, lansir AA. (fath/arrahmah.com)