BANDUNG (Arrahmah.com) – Wakil Ketua Dewan Pertimbangan (Wantim) MUI, Prof. Dr. Didin Hafidhuddin menilai, Syiah adalah ajaran pembuat masalah (troublemaker) karena ajaran ini didasarkan pada kebencian dan kedengkian. Oleh karena itu, tidak ada kata lain selain pemerintah harus mengambil sikap tegas
“Ajaran mereka ini didasarkan pada kebencian terhadap para sahabat Nabi, kepada imam-imam hadist. Dan kebencian mereka ini adalah penyakit yang terus ditularkan kepada para pengikutnya. Sehingga Syiah ini dimana-mana selalu menjadi troublemaker, pembuat masalah, bukan kedamaian,” paparnya dalam Mudzakarah Nasional II ANNAS di Bandung, Ahad (14/5/2017), lansir Jurnailislam.com.
Dia mengungkapkan fakta-fakta sejarah yang membuktikan Syiah sel alu menjadi pemicu konflik peradaban. Jatuhnya Baghdad kepada Tatar yang dipimpin oleh Hulagu Khan pada tahun 656 H atau 1258 M tidak lepas dari pengkhianatan tokoh Syiah, yaitu Muayududdin Muhammad yang menyebabkan ratusan ribu nyawa kaum muslimin hilang.
Pada tahun 638 H, Kyai Didin melanjutkan, Syiah juga bersekongkol dengan tentara Salib dalam merebut Palestina, ditambah pembantaian umat Islam di Suriah, Irak dan pengkhianatan-pengkhiantan Syiah kepada umat Islam lainnya.
“Oleh karena itu, tidak ada kata lain selain pemerintah harus mengambil sikap tegas bahwa Syiah ini adalah aliran yang membahayakan,” tegasnya.
Oleh sebab itu, mantan Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) itu meminta pemerintah untuk tidak memberikan ruang gerak kepada Syiah dimana pun dan dalam bentuk apapun.
“Maka di forum ini saya sampaikan kepada pemerintah untuk mengambil sikap tegas terhadap Syiah, karena watak ajaran ini adalah troublemaker,” pungkasnya.
(azm/arrahmah.com)