YANGON (Arrahmah.com) – Dua madrasah di kota terbesar Myanmar ditutup setelah sebuah kelompok anti-Muslim mengklaim bahwa sekolah tersebut difungsikan sebagai masjid, ungkap sumber kepolisian, Sabtu (29/4/2017).
Lebih dari 100 orang yang dipimpin oleh biksu Buddha ultra-nasionalis berkumpul pada Jum’at malam di Kota Tharkayta, Yangon, yang memaksa pihak berwenang untuk segera menutup dua madrasah di daerah tersebut.
“Dua sekolah ditutup sementara waktu,” ungkap seorang perwira senior di Kepolisian Yangon, yang meminta tidak disebutkan namanya karena sensitifitas masalah tersebut, kepada Anadolu Agency.
Petugas tersebut mengatakan bahwa keputusan tersebut dibuat setelah perundingan antara pemerintah daerah dan pemimpin Muslim setempat.
“Kami melakukannya tanpa ada keputusan pengadilan karena kami ingin mencegah konflik yang tidak perlu,” katanya melalui telepon, dan menambahkan bahwa polisi di tempat kejadian membubarkan massa dengan damai.
“Kawasan tersebut merupakan lokasi keberadaan sebuah masjid dan tiga madrasah yang telah beroperasi dengan izin resmi pemerintah selama beberapa dekade,” kata Tin Shwe, kepala salah satu madrasah yang ditutup.
“Saya memahami keputusan pihak berwenang mengenai situasi ini tadi malam,” katanya kepada Anadolu Agency melalui telepon.
Massa Budha diyakini telah siap untuk menghancurkan atau membakar sekolah tersebut kecuali pihak berwenang memberikan tuntutan mereka, ungkapnya, Sabtu (29/4).
“Kami merasa sangat sedih saat mereka mengintimidasi agama kami,” ujarnya.
Gerakan anti-Muslim telah meningkat di Myanmar dimana mayoritas penduduknya beragama Buddha sejak terjadi kekerasan komunal di negara bagian Rakhine barat tahun 2012.
(ameera/arrahmah.com)