Ia segera berlari mendekati asap yang terus mengepul dari sebuah bis yang dihantam bom beberapa saat sebelumnya. Dengan kamera yang talinya masih terlilit di lengan, ia hampiri satu per satu tubuh manusia kecil yang tercecer di sekitar bis.
Anak pertama sudah tak lagi bernyawa. Bergegas ia memeriksa yang lainnya. Seseorang dari kejauhan memintanya untuk menjauh dari bis dan berusaha meyakinkan bahwa anak-anak tersebut telah tewas. Namun seruan itu tak digubrisnya, sampai ia menemukan seorang bocah lelaki yang terlihat sekarat dengan nafas yang berdesakan. Ia segera membopong bocah itu menuju ambulan.
“Anak itu memegang erat tangan saya dan menatap saya,” katanya.
Kamera di tangannya masih menyala tanpa ia duga, merekam detik-detik menegangkan yang terjadi saat itu. Ia tidak yakin apakah anak yang ia perkirakan berusia 6 hingga 7 tahun tersebut mampu bertahan hidup setelah dibawa oleh ambulans.
“Suasananya cukup mengerikan, terutama melihat anak-anak menangis dan sekarat di depan anda,” tutur fotografer dan aktivis Abd Alkader Habak yang sedang bertugas di sana saat bom menghantam sebuah konvoi bis yang membawa para pengungsi dari kota-kota terkepung di sekitar Aleppo dan menewaskan 126 orang, 68 di antaranya anak-anak, akhir pekan lalu, kepada CNN.
“Jadi saya memutuskan bersama dengan rekan-rekan saya bahwa kami akan mengabaikan kamera kami dan mulai menyelamatkan korban,” lanjut Habak.
Fotografer lainnya mendokumentasikan apa yang terjadi selanjutnya. Habak, setelah kelelahan menyelamatkan anak-anak lainnya, roboh. Sebelumnya, dia terlihat menangis di samping salah satu jasad remaja yang menjadi korban ledakan.
“Saya diliputi emosi saat itu.”
“Saya tak bisa melukiskan apa yang saya dan rekan-rekan saya saksikan.”
Perang Suriah telah memberikan sejumlah pemandangan paling mengerikan yang pernah terlihat di sepanjang sejarah zaman modern. Di tengah pertumpahan darah yang terus berlanjut, lebih dari 400.000 orang telah tewas dalam perang.
Setengah populasi negara itu mengungsi. Ini adalah pengalaman mengerikan bagi mereka yang bekerja adalah untuk menangkap gambar dari kehidupan yang dirusak perang. (althaf/arrahmah.com)