PONOROGO (Arrahmah.com) – Longsor dahsyat yang melanda desa Banaran, Pulung Ponorogo. Longsor tersebut menimpa sekitar 30 rumah warga dan 28 orang dinyatakan hilang.
Kedahsyatan longsor Ponorogo menyeret tanah bukit sejauh 1,2 kilometer dari titik nol. Namun dibalik peristiwa itu, sebuah Mushola dan Masjid Muttaqin masih berdiri kokoh.
Kondisi Mushola yang berjarak 20 meter dari berhentinya tanah longsor juga mengalami keretakan dinding.
Mushola yang sederhana itu selamat dari terjangan tanah longsor. Menurut Kateni, warga Banaran, Mushola dan Masjid Muttaqin masih digunakan aktivitas belajar TPA dan pengajian.
“Iya masih digunakan, kadang kala juga untuk pengajian. Namanya juga orang desa meski tidak rame tapi masih digunakan, katanya, Sabtu (8/4/2017), sebagaimana dilansir Panjimas.
Kateni menceritakan kejadian yang masih membuat trauma warga Banaran itu. Dia mengungkapkan bahwa warga sudah diperingatkan untuk mengungsi, namun karena pagi harus memberi makan ternak dan ingin membersihkan rumah, terpaksa warga balik.
“Sebenarnya sudah tiga minggu diperingatkan, saya melihat diatas gunung itu kabut asap warna merah hitam. Tanah itu turun langsung gulung-gulung, bunyi duel gitu kedengar keras. Tapi kok ya aneh ya mas sudah 7 hari pencarian kok belum ketemu,” ujarnya.
Longsor Ponorogo terjadi Sabtu pagi (1/4/2017), memakan korban jiwa yakni Purnomo, Misri, Bibit, Aldan, Marjono, Poniran, Mujira, Suyati, Yanti, Kateno dan Prapti.
Kemudian, Suyono, Sunardi, Purwanto, Katemun, Tolu, Suroso dan Mbah Cikrak,Situn, Menik, Muklas, Pita Sari, Siam Lit dan Anak Misni. Selanjutnya korban yang sudah ditemukan yakni Katemi, Iwan dan Jadi. (*/arrahmah.com)