Jakarta – Cendekiawan muslim Dr Zakir Naik (DZN) mengunjungi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan di Gedung Nusantara 3, DPR/MPR Jakarta, Jumat (31 Maret 2017).
Kedatangan DZN dalam rangka bersilaturahim jelang Safari Dakwah di beberapa kota di Indonesia yang akan dimulai sejak 1-10 April 2017.
Ahli perbandingan agama itu saat kesempatan berbincang dengan Ketua MPR, menjelaskan bahwa dakwah yang ia sebarkan memiliki visi mempersatukan, membangkitkan, dan memajukan umat Islam.
Zakir Naik juga mengaku bangga melihat keberagaman agama di Indonesia. Zakir Naik menilai keberagaman di Indonesia berhasil membangun kebersamaan di masyarakat yang solid.
“Saya sangat menghormati umat Islam di Indonesia dalam menyikapi keberagaman, saya apresiasi keberagaman di Indonesia. Keberagaman di Indonesia tidak membuat perpecahan, tapi justru menyatukan,”ucapnya.
Saat ditanya soal surat Al-Maidah ayat 51, Zakir Naik memaparkan bahwa surat itu terkait larangan Allah kepada umat Islam menjadikan orang kafir sebagai teman dekat atau pemimpin.
“Aulia bukan sekadar pemimpin lebih luas lagi, bisa teman dan pelindung. Anda boleh saja berteman dengan orang kafir, berbisnis, dan bergaul dengan mereka. Tetapi, tidak boleh menjadikan orang kafir sebagai tempat bergantung meminta pertolongan, karena tempat bergantung hanyalah Allah,” ujarnya.
Terkait agama dan pemerintahan, menurutnya hal tersebut tidak bisa dipisahkan. Justru agama dan pemerintaha adalah hal yang satu.
Terkait isu terorisme, Zakir Naik menilai bahwa hal tersebut adalah isu yang ditiup-tiupkan oleh Barat.
Zakir Naik bercerita saat ia berkunjung ke Turki. Ternyata, Zakir Naik masuk daftar hitam Europe Interpol (Europol). Pihak pemerintah Turki terkejut dengan fakta tersebut. Namun, karena Zakir Naik kenal dengan Perdana Menteri, pejabat, dan tokoh-tokoh masyarakat Turki, pemerintah Turki mengeluarkan Zakir dari daftar hitam Europol.
Saat pemerintah Turki mengungkap data intelijen Europol tentang daftar orang yang dianggap teroris. Disebut bahwa dari enam juta orang sebagian besar adalah Muslim sebagai teroris.
Akan tetapi, ketika diverifikasi, Muslim yang riil dianggap melakukan tindak terorisme hanya sekira empat ribu orang.
“Barat ada kebencian terhadap Islam, mereka ingin menahan dakwah dengan segala cara. Salah satunya melalui fitnah berbentuk blacklist,” katanya.
(azmuttaqin/*/arrahmah)