DHAKA (Arrahmah.com) – Departemen kepolisian Bangladesh telah menerima peringatan dari markas mereka setelah kematian polisi dalam serangan bom selama operasi yang sedang berlangsung di sebuah tempat persembunyian ‘militan’ di Sylhet.
“Polisi di setiap rentang dan setiap kabupaten yang memperingatkan kemarin,” kata Deputi Inspektur Jenderal Polisi (bagian media) AKM Shahidur Rahman pada Ahad (26/3/2017).
Sejumlah aparat penegak hukum mengepung salah satu bangunan apartemen yang diklaim tempat persembunyian teroris di Shibbari Surma Selatan, Sylhet sejak dini hari Jumat (24/3).
Setelah hampir 30 jam, angkatan bersenjata memulai serangan terakhir dan menyelamatkan warga sipil yang terjebak di dalam apartemen yang berbeda di dua tempat persembunyian.
Dua ledakan berturut-turut terjadi di dekat Pathhanparha pada Sabtu malam (25/3) setelah tentara memberi penjelasan singkat kepada media dari tempat kejadian.
Ledakan menewaskan enam orang termasuk dua petugas polisi dan melukai sedikitnya 43 orang termasuk tiga personil batalion cepat (RAB) dan polisi.
Aksi bom ini, seperti dilansir bdnews24, yang mengikuti serangan di Gulshan dan Sholakia, tampaknya akan muncul kembali sejak Maret tahun ini.
Berikut sejumlah kronologi serangan yang dilansir oleh media yang terjadi di Bangladesh selama bulan Maret.
6 Maret: Para penyerang mencoba untuk merebut terpidana mati dan pemimpin Harkatul Jihad Mufti Hannan dan rekan-rekannya dari van yang membawa mereka ke Pusat Penjara Kashimpur setelah sidang.
7 Maret: Dua orang yang diduga anggota Jama’atul Islam Mujahidin Bangladesh (JMB) menyerang polisi dengan bom selama razia rutin di sebuah bus di Comilla. Mereka tertangkap dan salah satu dari mereka ditangkap dalam penggrebekan di Mirsarai tempat polisi menemukan sejumlah senjata dan bom.
15 Maret: Sejumlah orang yang diklaim militan ditangkap dengan bahan peledak dari sebuah rumah di Sitakunda. Sebuah rumah di area Premtala kemudian diserbu berdasarkan pengakuan mereka.
16 Maret: Setelah mengepung gedung selama 19 jam, polisi mulai ‘Operasi Assault Sixteen’ di Sitakunda. Empat orang yang diklaim sebagai tersangka dilaporkan tewas dalam ledakan dan tembakan. Mayat seorang anak yang hancur dalam ledakan, juga ditemukan.
17 Maret: Sebuah aksi yang diklaim ‘bom bunuh diri’ menghantam markas baru RAB di Ashkona, Dhaka. Pelaku meninggal dalam ledakan saat sedang dikejar oleh aparat keamanan.
18 Maret: Personil RAB menembak mati seorang pria yang mengendarai sepeda motor ke dalam pos pemeriksaan di ‘Sheikher Jaiga’, Khilgaon pada pukul 04.00 dini hari. Bahan peledak ditemukan terikat di tubuhnya, kata para pejabat.
20 Mar: Dua rumah di daerah Akbar Shah Chittagong digerebek, namun pihak berwenang tidak menemukan satu pun yang mencurigakan.
23 Maret: Polisi anti-teror mengepung sebuah bangunan di Sibbari, Sylhet. Granat dilemparkan ke luar oleh tersangka militan yang bersembunyi di dalam bangunan apartemen ‘Atia Mahal’. SWAT dan tim penjinak bom tim tiba dari Dhaka untuk bergabung dengan tim operasi razia.
24 Maret: Seorang pria meninggal dalam ledakan di sebuah pos polisi di dekat Bandara Internasional Shahjalal di Dhaka. Bahan peledak ditemukan dari tas trolinya.
25 Maret: Para komando tentara mengambil alih operasi anti-teror di Shibbari, Sylhet. Tujuh puluh delapan warga sipil yang diklaim terperangkap di dalam bangunan berhasil dievakuasi. Tapi saat militer mengadakan pertemuan singkat, enam orang dilaporkan meninggal dalam ledakan satu kilometer dari bangunan yang dikepung.
Polisi mengklaim mereka yang ditangkap dan ditembak dalam penggrebekan baru-baru ini di Comilla, Chittagong dan Dhaka terkait Neo-JMB (Jama’atul Mujahidin Bangladesh).
Kelompok yang dilarang ini telah membuat kehadiran mereka dikenal dengan mengeksekusi serangan bom simultan di 63 kabupaten pada 17 Agustus 2005. (althaf/arrahmah.com)