JAKARTA (Arrahmah.com) – Teka-teki motif pengiriman bom buku kepada politikus Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla, Ketua Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno, musisi Ahmad Dani dan Kepala Harian Badan Narkotika Nasional Komisaris Jenderal Pol Gories Mere terjawab sudah.
Tersangka perakit dan pengirim bom tersebut, Pepi Fernando mengatakan bom untuk Ulil hanyalah percobaan untuk menguji bom rakitannya bisa meledak atau tidak. Hal ini bertentangan dengan pernyataan Ulil ke media massa bahwa bom terhadap dirinya bermotif politik.
Hal tersebut diungkapkan Pepi ketika bertemu Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai.
“Saya hanya mau tes, apakah bisa meledak atau tidak. Saya nyesal juga, ternyata korbannya polisi, dan muslim pula,” kata Aansyaad mengutip ucapan Pepi dalam sebuah diskusi di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (4/5/2011).
Namun, bom untuk Gories Mere diakui Pepi dikirim sebagai balasan atas aksi Detasemen Khusus 88 Antiteror. “Gories kan Densus, dia yang nangkapin kita,” ujar Ansyaad menirukan Pepi.
Lalu apa hubungannya dengan Japto dan terlebih Ahmad Dani?
“Japto dan Dani kan Yahudi,” kata Ansyaad lagi menirukan Pepi.
Adapun bom rakitan yang ditaruh di bawah gorong-gorong di dekat Gereja Christ Cathedral, Serpong, Tangerang, Pepi lagi-lagi mengatakan hanya untuk uji coba untuk melihat apakah ledakannya bisa mengangkat lapisan tanah.
“Kalau bisa berarti itu kan nanti bisa meledakkan gedung,” jelas Ansyaad. (rasularasy/arrahmah.com)