BERLIN (Arrahmah.com) – Pekan lalu, polisi Jerman menangkap seorang pria berusia 26 tahun karena dicurigai merencanakan serangan. Pria, yang diidentifikasi sebagai “Sascha L.” dituduh merencanakan serangan untuk memasukkan polisi dan tentara ke dalam perangkap.
Ketika pihak berwenang menggeledah apartemennya di Northeim, Lower Saxony, mereka menemukan bahan kimia dan elektronik yang dapat digunakan untuk membuat bahan peledak, The Washington Post melansir pada Selasa (28/2/2017).
Plot semacam itu jarang terjadi di Jerman selama beberapa tahun terakhir. Namun, ketika menyelidiki kasus Sascha, pihak berwenang menemukan rincian lain yang membuat kasusnya lebih tidak biasa: Sampai 2013, pria yang dicap ekstremis Islam ini dilansir pernah menjadi aktivis neo-Nazi.
Menurut laporan di Der Spiegel, pihak berwenang menemukan saluran YouTube di mana seorang pria yang diidentifikasi sebagai Sascha memperingatkan ancaman yang ditimbulkan oleh Muslim, yang ia dituduh berusaha untuk memaksakan hukum Islam di negaranya.
Dalam video itu, menurut Der Spiegel, Sascha memakai masker putih, yang berkorelasi dengan lambang The Immortals, sebuah organisasi neo-Nazi terkemuka di Jerman. Salah satu video, berjudul “Tips untuk memerangi kecoa” dikatakan telah menunjukkan Sascha menyerukan serangan terhadap imigran di Jerman.
Video itu diunggah ke YouTube pada Mei 2013, seperti dilaporkan Der Spiegel. Setahun kemudian, Sascha diperkirakan telah masuk Islam. Menurut Die Tageszeitung, halaman Facebook Sascha mencerminkan pergeseran ini, dimana ia mulai menyukai halaman kelompok ekstremis Islam regional dan mengubah profilnya dengan menyertakan slogan “Jangan mendorong saya membawa bom di ransel!.” Sascha juga menghadapi kasus pengadilan karena menyebarkan simbol terlarang milik Daulah Islam atau yang dikenal dengan ISIS di internet.
Sementara tindakan ‘ekstremisme Islam’ mendapat perhatian luas di Jerman, ekstremisme sayap kanan terus menjadi masalah di seluruh negeri. Seorang pejabat Jerman mengatakan pekan ini bahwa serangan terhadap migran telah mencapai tingkat yang “cukup tinggi” tahun lalu.
“Semua masyarakat memiliki tanggung jawab untuk membangun iklim di mana ekstremisme tidak menemukan lahan subur,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Jerman, Johannes Dimroth, Senin (27/2). (althaf/arrahmah.com)