DAMASKUS (Arrahmah.com) – Warga Suriah menghadapi bencana kesehatan yang akan terjadi selama puluhan tahun karena debu reruntuhan beracun, polusi dan penggunaan senjata-senjata kimia seperti senjata uranium yang digunakan pasukan koalisi pimpinan AS, ujar laporan pemerhati lingkungan hidup.
AS pekan lalu menembakkan amunisi DU (Deplet Uranium) dalam pertempuran melawan ISIS dan telah menghantam tidak hanya target militer tapi juga warga sipil tak bersenjata, seperti dilaporkan Middle East Eye pada Selasa (21/2/2017).
Sementara itu pakar kesehatan dan lingkungan mengatakan puing-puing dan debu yang dihasilkan selama bertahun-tahun pemboman dan pertempuran bisa memiliki dampak kesehatan yang sangat besar, saat partikel halus di udara menyebabkan
penyakit pernafasan, dan ditambah polusi yang disebabkan oleh pemboman di infrastruktur minyak.
Organisasi perdamaian Belanda, PAX, mengatakan penggunaan DU menyimpan masalah-masalah kesehatan yang sama dengan orang- orang yang telah dilanda di Irak sejak perang tahun 1991 dan 2003.
Kota-kota seperti Fallujah telah mengalami lonjakan besar penyakit kanker dan cacat bayi baru lahir setelah meluasnya penggunaan senjata DU oleh pasukan salibis AS dan sekutunya.
“Seperti halnya di Irak, warga sipil [Suriah] telah menyatakan kekhawatiran atas potensi paparan untuk uranium, mengingat fakta bahwa bahan mengandung radioaktif dan bahan beracun,” ujar Wim Zwijnenburg kepada MEE setelah kunjungan terakhir ke
daerah penghasil minyak Qayyarah di Suriah.
“Tidak ada negara yang akan pernah mau menerima paparan uranium di masa damai dan karena uranium sangat diatur. Kami tidak melihat mengapa peraturan tersebut harus dicampakkan di dalam konflik.”
Sumur beracun
Zwijnenburg mengatakan ancaman penyakit yang diakibatkan oleh DU ditambah kriris pencemaran lain oleh kerusakan kilang minyak. Menurut Zwijnenburg, tujuh kilang minyak masih terbakar. Masih ada kekhawatiran terutama dari organisasi
kemanusiaan atas dampak kesehatan dari kebakaran tersebut.
Ribuan kilang minyak darurat bermunculan di Suriah, beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar.
Kebakaran minyak menjadi ancaman kesehatan langsung karena asap berbau tajam serta kerusakan lingkungan, juga produksi racun seperti karbondioksida dan karbonmonoksida, timbal, nitrogen dan partikel.
Sementara itu, Richard Sullivan dari kelompok peneliti kesehatan King College London mengatakan Suriah sudah menderita akibat dampak yang sangat besar dari bahan kimia beracun yang menyebar di udara selama perang yang telah berlangsung
hampir enam tahun.
Menurut Zwijnenburg, diperkirakan 60 persen dari bangunan di Suriah telah rusak berat sejak 2011, melepaskan gas beracun dari puing-puing termasuk asbes yang bisa menyebabkan kanker.
“Ketika bangunan dihantam oleh amunisi atau rusak melalui gelombang tekanan yang dihasilkan oleh ledakan, bahan bangunan yang hancur menghasilkan sejumlah besar debu,” ujar seorang peneliti Andy Garrity.
Paparan tersebut dapak memiliki dampak baik fisik dan kimia terhadap kesehatan karena mengandung campuran bahan bangunan umum seperti semen dan logam, silika, asbes dan serat sintetis lainnya.
Efek paparan reruntuhan bervariasi dari iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit, juga penyakit paru-paru seperti pneumoconiosis. (haninmazaya/arrahmah.com)